PENGERTIAN BAHAN AJAR DAN JENIS BAHAN AJAR MENURUT PARA AHLI

Visiuniversal--- Di sekolah atau di lembaga satuan pendidikan, kita sering mendengar tentang pengembangan bahan ajar. Dalam hal ini bahan ajar yang akan dikembangkan adalah bahan ajar yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau pembelajaran yang dilakukan di lembaga satuan pendidikan tersebut. Sebenarnya apa sich bahan ajar itu?. Berikut Admint Visiuniversal akan mencoba untuk merangkum tentang pengertian bahan ajar dan jenis-jenis bahan ajar tersebut menurut para ahli.


Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Dick, Carey, dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa instructional material contain the conten either written, mediated, or facilitated by an instructor that a student as use to achieve the objective also include information thet the learners will use to guide the progress. Berdasarkan ungkapan Dick, Carey, dan Carey dapat diketahui bahwa bahan ajar berisi konten yang perlu dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Widodo dan Jasmadi dalam Ika Lestari (2013: 1) menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

Pengertian ini menggambarkan bahwa bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis sesuai dengan kaidah pembelajaran, yakni disesuaikan materi pembelajaran, disusun berdasarkan atas kebutuhan pembelajaran, terdapat bahan evaluasi, serta bahan ajar tersebut menarik untuk dipelajari oleh siswa.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Yana Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Sedangkan menurut Opara dan Oguzor (2011: 66) mengungkapkan bahwa instructional materials are the audio visual materials (software/hardware) which can be used as alternative channels of communication in the teaching-learning process. Bahan ajar merupakan sumber belajar berupa visual maupun audiovisual yang dapat digunakan sebagai saluran alternatif pada komunikasi di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu bahan/ materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


Pengertian Bahan Ajar Menurut Ahli

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Andi,2011:16).

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6), pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.


Jenis-Jenis Bahan Ajar

Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar, seperti buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau berita. Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.

Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar ( audio visual) seperti video compact disk, dan film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif dan bahan ajar berbasis web (web based learning material).

Jenis-Jenis Bahan Ajar Menurut Para Ahli

Secara umum bahan ajar dapat dibedakan ke dalam bahan ajar cetak dan noncetak. Bahan ajar cetak dapat berupa, handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar noncetak meliputi, bahan ajar audio seperti, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar audio visual seperti, CAI (Computer Assisted Instruction), dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (Ika Lestari, 2013: 5).

Lebih lanjut Mulyasa (2006: 96) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar atau materi pembelajaran antara lain adalah bahan cetak (hand out, buku, modul, LKS, brosur, dan leaflet), audio (radio, kaset, cd audio), visual (foto atau gambar), audio visual (seperti; video/ film atau VCD) dan multi media (seperti; CD interaktif, computer based, dan internet).

Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke bahan ajar cetak berupa buku teks. Hal ini dikarenakan, buku teks sangat erat kaitannya dengan kurikulum, silabus, standard kompetensi, dan kompetensi dasar. Rudi Susilana (2007: 14) mengungkapkan bahwa buku teks adalah buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Buku teks mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Hutchinson & Torres dalam Litz, 2012: 5) mengungkapkan bahwa The textbook is an almost universal element of [English language] teaching. Millions of copies are sold every year, and numerous aid projects have been set up to produce them in [various] countries…No teaching-learning situation, it seems, is complete until it has its relevant textbook. Buku teks merupakan salah satu unsure yang dibutuhkan dalam pengajaran. Buku teks dapat juga menjadi wadah untuk menuliskan ide-ide terkait kebudayaan nasional suatu bangsa. Sebagaimana yang diungkapkan Pingel (2009: 7) bahwa Textbooks are one of the most important educational inputs: texts reflect basic ideas about a national culture, and are often a flashpoint of cultural struggle and controversy.


Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 8-9) sebagai berikut.

  • Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
  • Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa
  • Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan dalam belajar.

Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.


Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, Widodo dan Jasmani dalam Ika Lestari (2013: 2) mengungkapkan bahwa karakteristik bahan ajar yaitu;

  1. Self instructional;
  2. Self contained;
  3. Stand alone;
  4. Adaptive; dan
  5. User friendly.

Adapun penjabaran dari kelima karakteristik bahan ajar tersebut sebagai berikut.

Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Oleh karena itu, di dalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas dan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

Karakteristik Bahan Ajar Self Contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.

Karakteristik Bahan Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

Karakteristik Bahan Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

Karakteristik Bahan User Friendly yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Sejalan dengan Widodo dan Jasmani, M. Atwi Suparman (2012: 284) menyatakan bahwa bahan ajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Self instructional, yang berarti bahan ajar dapat dipelajari sendiri oleh siswa karena disusun untuk maksud tersebut.

Self explanatory power, yaitu bahan ajar mampu menjelaskan sendiri karena menggunakan bahasa yang sederhana, isinya runtut, dan tersusun secara sitematik.

Self paced learning, yaitu siswa dapat mempelajari bahan ajar dengan kecepatan yang sesuai dengan dirinya tanpa perlu menunggu siswa lain yang lebih lambat atau merasa ketinggalan dari siswa yang lebih cepat.

Self contained, yaitu bahan ajar itu lengkap dengan sendirinya sehingga siswa  tidak perlu tergantung dengan bahan ajar lainnya, kecuali bila bermaksud untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuannya.

Individualized learning materials, yaitu bahan ajar didesain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa yang sedang mempelajarinya.

Flexible and mobile learning materials, yaitu bahan ajar yang dapat dipelajari siswa kapan saja, di mana saja, dalam keadaan diam atau bergerak.

Communicative and interactive learning materials, yaitu bahan ajar didesain sesuai dengan prinsip komunikatif yang efektif dan melibatkan proses interaksi dengan siswa yang sedang mempelajarinya.

Multimedia, computer based materials, yaitu bahan ajar yang didesain berbasiskan multimedia termasuk pendayagunaan computer secara optimal bila siswa mempunyai akses terhadapnya.

Supported by tutorials, and study group, yaitu bahan ajar masih mungkin membutuhkan dukungan tutorial dan kelompok belajar.

Kehadiran bahan ajar selain membantu siswa dalam pembelajaran juga sangat membantu guru. Dengan adanya bahan ajar guru lebih leluasa mengembangkan materi pelajaran. Berdasarkan kedua pendapat di atas mengenai karakteristik bahan ajar, peneliti mensintesiskan bahwa bahan ajar haruslah berisi materi yang memadai, bervariasi, mendalam, mudah dibaca, serta sesuai minat dan kebutuhan siswa. Selain itu, bahan ajar haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan bertahap. Materi disajikan dengan metode dan sarana yang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca. Terakhir, bahan ajar haruslah berisi alat evaluasi yang memungkinkan siswa mampu mengetahui kompetensi yang telah dicapainya.


Fungsi Bahan Ajar

Secara garis besar, bahan ajar memiliki fungsi yang berbeda baik untuk guru maupun siswa. Adapun fungsi bahan ajar untuk guru yaitu;

  1. Untuk mengarahkan semua aktivitas guru dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa; dan
  2. Sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
  3. Dalam bahan ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna mengukur penguasaan kompetensi per tujuan pembelajaran.
  4. Sedangkan fungsi bahan ajar bagi siswa yakni, sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang harus dipelajari.
  5. Adanya bahan ajar siswa akan lebih tahu kompetensi apa saja yang harus dikuasai selama progam pembelajaran berlangsung. Siswa jadi memiliki gambaran skenario pembelajaran lewat bahan ajar.


Hal senada disampaikan oleh Esu, Enukoha & Umoren dalam Ogbondah (2008: 17) bahwa bahan ajar memiliki fungsi sebagai berikut:

  1. Menfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan konsep yang abstrak;
  2. Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar;
  3. Menghemat energi guru untuk berbicara terlalu banyak;
  4. Menggambarkan konsep-konsep yang lebih jelas dan lebih baik daripada hanya kata-kata guru;
  5. Membantu mengatasi keterbatasan ruang kelas dan mudah diakses;
  6. Membantu untuk memperluas pengetahuan siswa;
  7. Meningkatkan motivasi siswa.

Hal tersebut sependapat dengan Opara dan Oguzor (2011: 70) bahwa fungsi bahan ajar adalah

Sebagai intruksi yang tersusun secara sistematis untuk menfasilitasi proses pembelajaran;

  1. Membantu peserta didik untuk berinteraksi secara individual maupun kelompok;
  2. Memudahkan guru dalam mentranfer pelajaran;
  3. Membantu peserta didik untuk belajar dengan kecepatannya mereka sendiri; dan
  4. Memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa.

Prastowo dalam Ika Lestari (2013: 8) mengungkapkan bahwa berdasarkan strategi pembelajaran fungsi bahan ajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok.


1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:

sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran; dan sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:

sebagai media utama dalam proses pembelajaran sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa dalam memperoleh informasi; dan sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.

3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:

sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri; dan sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.


Keunggulan dan Keterbatasan Bahan Ajar

Menurut Mulyasa dalam Ika Lestari (2013:8) mengungkapkan bahwa ada beberapa keunggulan dari bahan ajar. Diantaranya adalah sebagai berikut. Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakikatnya siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Adanya control terhadap hasil belajar mengenai penggunaan standard kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.


Selain keunggulan, Mulyasa juga menambahkan bahwa ada beberapa keterbatasan dari penggunaan bahan ajar. Adapun keterbatasan tersebut sebagai berikut  :  

  • Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Hal ini dimaksudkan bahwa sukses atau gagalnya bahan ajar tergantung pada penyusunannya.
  • Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkanmanajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional, karena setiap siswa menyelesaikan bahan ajar dalam waktu yang berbeda-beda,bergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.
  • Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal, karena setiap siswa harus mencarinya sendiri.


Hal senada diungkapkan M. Atwi Suparman (2012: 286) bahwa penggunaan bahan ajar mempunyai beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :.

  • Biaya pembelajarannya efisien karena dapat diikuti oleh sejumlah besar peserta didik.
  • Peserta didik dapat maju menurut kecepatan mereka masing-masing.
  • Bahan ajar dapat direviu dan direvisi setiap saat dan bertahap, bagian demi bagian untuk meningkatkan efektifitasnya.
  • Peserta didik mendapat umpan balik secara teratur dalam proses belajarnya, karena proses umpan balik itu dapat diintegrasikan ke dalam bahan ajar.


Selain keuntungan, bahan ajar juga memiliki kekurangan, antara lain sebagai berikut :.

  • Biaya pengembangannya tinggi.
  • Waktu pengembangan lama.
  • Membutuhkan tim pendesain yang berketerampilan tinggi dan mampu bekerja sama secara intensif dalam masa pengembangannya.
  • Peserta didik dituntut memiliki disiplin belajar yang tinggi.
  • Fasilitator dituntut tekun dan sabar untuk terus menerus memantau proses belajar, member motivasi dan melayani konsultasi peserta didik secara individual setiap kali dibutuhkan.


Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran pembelejaran yang hendak dicapai. Paulina Panen dan Purwanto (2004: 11) mengungkapkan bahwa penyusunan bahan ajar secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu menulis sendiri, mengemas kembali informasi atau teks, dan penataan informasi.


Adapun penjelasan tiga cara tersebut sebagai berikut.


Bahan ajar tulisan sendiri

Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional.

Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan:

  1. Analisis materi pada kurikulum,
  2. Rencana atau program pengajaran, dan
  3. Silabus yang telah disusun.

Materi bahan ajar berupa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam program pembelajaran sesuai dengan silabus. Hasil penyusunan bahan ajar dari karya sendiri, paling ekonomis, walaupun beban tugasnya berat. Setiap bab berjumlah lebih kurang 15-25 halaman, untuk pelajaran eksakta 10-20 halaman.


Bahan ajar hasil kemasan informasi atau teks (Text Transformation)

Dalam pengemasan informasi, guru tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada di pasaran untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses instruksional. Informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (diubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya.


Penataan informasi (Kompilasi)

Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melaluikompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi). Proses penataan informasi hampir sama dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap bahan ajar yang diambil dari buku atau informasi yang ada di pasar. Jadi materi dikumpulkan kemudian difoto copy secara langsung. Sumber materi berasal dari buku teks dan sebagainya tersebut, dipilah-pilah, kemudian disusun berdasarkan tujuan atau standar kompetensi atau mengikuti silabus.

Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis game edukasi ini, disusun dengan cara text transformation. Peneliti memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada, kemudian peneliti mengemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses instruksional. Selanjutnya, peneliti menulis kembali/ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (diubah).

Demikian tentang pengertian dan jenis-jenis bahan ajar menurut para ahli, semoga artikel ini bermanfaat untuk mengembangkan bahan ajar selanjutnya, terimakasih. Semoga sukses selalu.



April 28, 2015

0 comments:

Post a Comment