Home » Archives for 26/04/15
Edutainment adalah akronim dari "education plus entertainment". Dapat diartikan sebagai program pendidikan atau pelatihan yang dikemas dalam konsep hiburan yang menarik sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap peserta hampir tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang diajak untuk belajar atau untuk memahami materi pelajaran dan nilai-nilai (value) untuk setiap individu.
Edutainment, sering dipanjangkan secara bergantian sebagai educational entertainment atau entertainment-education, adalah suatu bentuk entertainmen yang dirancang untuk mendidik dan menarik perhatian orang dengan cara-cara yang menghibur. Definisi ini memiliki arti yang luas: semua bentuk hiburan yang ditujukan atau memungkinkan diselipkan informasi atau pendidikan kepada audiensnya (sebenarnya) bisa disebut edutainment.
Sistem belajar yang menyenangkan itu disebut edutainment, perpaduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Proses pembelanjaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan dengan harmonis. Dengan cara itu maka belajar menjadi menyenangkan dan lebih bermakna.
Landasan Teori yang dapat menjadi pijakan pelaksanaan konsep edutainment ini adalah Berdasarkan berbagai hasil penelitian, diyakini bahwa suatu materi pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga mengakomodasi tipe pembelajar, dan gaya belajar, dan menarik bukan hanya menunjukkan gaya mengajar instrukturnya. Salah satu metode yang efektif untuk mencapai hal ini adalah melalui penggunaan teknik dan berbagai media yang disesuaikan dengan gaya belajar si pembelajar.
Salah satu teori yang menjadi dasar dari pemikiran ini adalah dual coding theory yang dikemukakan oleh Paivio (1971). Menurut dual coding theory, informasi diproses melalui dua channel yang independent, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, dan channel visual seperti diagram, animasi, dan gambar. Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan dual coding theory yang dilakukan oleh Paivio, Bagget (1989), dan Kozma (1991) mengindikasikan bahwa dengan memilih perpaduan media yang sesuai, hasil belajar dari seseorang dapat ditingkatkan.
Sebagai contoh, informasi yang menggunakan kata-kata (verbal) dan ilustrasi visual yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah dipelajari dan dipahami daripada informasi yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan teks dan suara, atau ilustrasi saja. Sejumlah penting prinsip dan tips untuk mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis edutainment dengan memanfaatkan teknologi komputer dan multimedia telah dirumuskan berdasarkan dual coding theory ini. Terlebih lagi, meskipun sudah berumur lebih dari 30 tahun, teori ini tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan inovasi dalam bidang pendidikan.
Meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, diperlukan lebih banyak lagi penelitian untuk lebih meyakinkan pengaruh informasi multimedia dalam belajar warga untuk berbagai learning style yang berbeda. Banyak penelitian yang sudah dilakukan mengenai dual coding theory untuk mempelajari pengaruh informasi multimedia pada pembelajar visual dan verbal, tetapi masih sedikit yang mempelajari pengaruhnya pada pembelajar tipe lain, seperti pembelajar bergaya sensorik, intuitif, sequential, global, aktif, dan reflektif.
Dalam perkembangannya, edutainment dengan berbagai perbedaan penekanan menjelma dalam berbagai macam nama seperti The Learning Revolution, Quantum Learning, Quantum Teaching, Accelerated Learning, Super Learning, dan sebagainya. Metode edutainment ini juga adalah pengembangan pembelajaran seperti; quantum learning, quantum teaching, beyond teaching dan learning, contextual teaching dan learning. Konsep-konsep itu di bangun dan mengalami mutasi dalam pondasi "Edutainment", yaitu sebuah konsep yang memadukan minat, hobby, materi pembelajaran dan perkembangan seni musik, metode ini terbilang baru, Sebenarnya, perubahan dalam strategi pembelajaran merupakan salah satu bagian kecil dari reformasi pendidikan. Keritik terhadap upaya perubahan itu umumnya menyangkut kelayakannya untuk konteks pendidikan Indonesia dengan dukungan fasilitas dan kesiapan kultural yang terbatas. Akan tetapi apa pun hambatannya, revolusi cara belajar-mengajar harus kita mulai agar tidak tertinggal terus dibanding negara lain.
Seperti yang telah diungkapkan Eric Jensen, mennyatakan tiga unsur utama yang mempengaruhi proses belajar adalah keadaan, strategi, dan isi. Jadi, menciptakan suasana yang tepat untuk belajar, dengan menggunakan gaya atau metode presentasi yang baik, serta topik yang dibawa haruslah sesuai dengan kebutuhan. Banyak proses pembelajaran yang menaruh perhatian baik terhadap usur kedua dan ketiga, akan tetapi mengacuhkan unsur pertamanya yang justru akan menjadi pintu utama pada proses belajar itu sendiri.[8] Dan belajar hanya akan efektif jika suasana (suasana hati peserta didik) berada dalam kondisi yang menyenangkan.
Munculnya konsep edutainment, yang mengupayakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, telah membuat suatu asumsi bahwa : pertama, perasaan positif (senang/gembira) akan mempercepat pembelajaran, kedua, jika seorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosi secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya, ketiga, bila setiap pembelajar dpat dimotivasi secara tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas mereka, mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Kita semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar.
Ada empat kategori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu
1. motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan),
2. motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment),
3. motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan
4. motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).
Dari beberapa uraian di atas, hakekat edutainment adalah adalah suatu proses pembelajaran yang memadukan antara pendidikan dan hiburan, sehingga menjadi suatu desain pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat peserta didik untuk belajar. Secara mendasar edutainment membantu keberhasilan peserta didik karena adanya upaya mengembalikan kondisi peserta didik sesuai dengan hakekat diri peserta didik sebagai manusia, dengan meyakininya bahwa setiap peserta didik memiliki potensi diri yang dapat ditumbuhkembangkan dengan proses pembelajaran yang dijalaninya. Dengan menumbuhkan motivasi intrinsik dalam setiap diri peserta didik untuk dapat menggunakan modalitas belajar mereka sehingga menjadikannya manusia pembelajar yang berada pada suasana yang gembira dan menyenangkan.
Prinsip edutainment dapat disimpulkan dalam tiga kata: menyenangkan, cepat dan memuaskan. Oleh karena itu sebenarnya dengan sedikit kreativitas dan keberanian, guru dan pengambil kebijakan pendidikan seharusnya dapat segera melakukan berbagai upaya perbaikan itu. Temuan-temuan bidang teknologi akan terus berkembang karena adanya sifat saling mengkait antara temuan satu dengan temuan yang lain. Temuan di bidang bio-teknologi dikombinasikan dengan bidang material science akan mampu menghasilkan "bahan yang canggih". Bahan ini dikembangkan pada level "moleculer". Hasilnya, produk bahan baru ini akan lebih ringan, lebih kecil, lebih kuat dan lebih fleksibel, sehingga dapat digunakan sebagaimana yang diinginkan. Kombinasi ternuan bio-teknologi dan material science juga akan mempercepat perkembangan bidang komputer, dengan diketemukannya, produk sumber padat energi tinggi. Produksi-produksi elektronika memerlukan energi. Tanpa diketemukan produk sumber energi, pekembangan produk elekttronika akan terhambat. Sebaliknya, ternuan produk sumber energi yang lebih padat dan lebih tinggi kekuatannya, maka perkembangan produksi elektronika akan semakin meningkat. Temuan chip komputer akan memungkinkan seseorang membawa komputer dalam saku bajunya. Komputer tersebut sangat interaktif dan wireless. Multi fungsi terdapat dalam komputer, sebagai alat telepon, fax dan penyimpan data. Di samping itu, perkembangan industri komputer akan melahirkan "Edutainment", yakni pendidikan yang menjadi hiburan dan hiburan yang merupakan pendidikan. Dengan "Edutainment" proses pendidikan akan semakin menarik dan menghasilkan lulusan yang semakin berkualitas.
Sumber: Disarikan dari berbagai sumber!!
Referensi:
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan . Bandung: Khaifa.
_____________, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie. 2008. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung: Khaifa.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran . Jakarta: PT Bumi Aksara.
Johnson, Elaine B,PH.D 2007. Kontextual Teaching and Learning;Menjadikan Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.
Mursel, J. 2006. Successful Teaching. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, S. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nursantara, Yayat. 2006. Kesenian SMA Jilid 3: Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Panjaitan, Sondang Aemilia. 2003. Efek Musik Pada Tubuh. Diambil tanggal 3 Juli 2008 dari http://www.cibuku.com eBook of My Life - by Jeffry Siregar.htm.
Syamsuhidayat, R. 1998. Beberapa Aspek Pendidikan Sikap dan Tingkah Laku.. Jakarta: Rake Sarasin.
Usman, Uzer, Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wenger, Win, Ph.D. 2004. Beyond Teaching dan Learning: Memadukan quantum Teaching dan Learning. Bandung: Nuansa.
METODE EDUTAINMENT DALAM PEMBELAJARAN MENYENANGKAN
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 26, 2015
Warga belajar dan siswa sekalian, dalam pembahasan kita tentang manajemen dan ekonomi berikut ini, kegiatan kita berorientasi pada peningkatan kualitas penyelenggaraan dan manajemen lembaga atau perusahaan. Ketika kalian sudah tamat sekolah dan kejar, dan telah memasuki dunia kerja dengan posisi tertentu, maka sangat perlu untuk melakukan kegiatan managerial yang baik. Sebuah konsep manajemen yang mumpuni harus dimiliki oleh seorang pemimpin perusahaan dan lembaga. Berikut konsep TQM, singkatan untuk “total quality management”, digunakan untuk merujuk kepada konsep manajemen mutu terpadu Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu).
Sebagai upaya untuk mengelola perubahan dalam organisasi, ada beberapa slogan yang diungkapkan, yaitu “manajemen mutu terpadu”, “kepuasan pelanggan terpadu,” “kegagalan nol,” ”proses pengendalian statistik,” ”diagram Ishikawa,” dan “tim perbaikan mutu”. Semua slogan di atas menghadirkan filsafat mutu, program, dan teknik berbeda yang digunakan oleh berbagai organisasi bisnis, industri dan jasa dalam upaya pengembangan mutu. Oleh karena itu, manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.
Para Ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian TQM. Di sini dikemukakan beberapa saja sebagai kerangka kajian selanjutnya. Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan.
TQM memfokuskan proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses perbaikan mutu, maka TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam menghasilkan produk, karenaproduk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi, rancangan produk diproses sesuai dengan prosedur dan teknik untuk mencapai harapan pelanggan. Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam mencapai tujuan kepuasan pelanggan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, Disiplin TQM bermula dari teori statistik dan berkembang maju dalam sektor industri usaha dan operasi perusahaan, sebelum ilmu ini diadaptasi ke sektor pendidikan dan organisasi yang tidak bermotif keuntungan (Hackman dan Wageman dalam Haris 1995). ‘Orientasi pasar’ juga berasal dari pemasaran. Ada hubungan antara orientasi pasar dengan pandangan berasaskan sumber dalam proses persaingan bisnis (Kohli & Jaworski 1990 ; Webster 1994).
Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya diukur dengan tingkat kepuasan kon-suinen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan yang diperoleh pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan penggunaan masmg-masing pelanggan. Seorang pengusaha membeli produk yang digunakan sebagai bahan baku akan mengatakan barang tersebut mempunyai kualitas baik jika barang tersebut dirasa co-cok penggunaannya dan mempunyai kemampuan memproses aku menjadi barang jadi dengan biaya rendah dan sisa yang minimal, Seorang membeli barang jadi dengan harapan barang-barang cacat bawaan dari pabrik sehingga tidak rugi mengeluarkan uang untuk membeli barang tersebut. Dengan demikian, pengertian kualitas mencakup kegiatan yang berkaitan dengan tercapainya kepuasan pemakai barang tersebut.
Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan merupakan fungsi spesifikasi produk, sedang-kan kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh ran¬cangan itu.
Dari pengertian kualitas di atas sebenarnya terdapat beberapa elemen sebagai berikut.
1. Kualitas adalah usaha untuk memberi kepuasan bagi pe¬langgan.
2. Kualitas meliputi produk, jasa, proses dan lingkungannya.
3. Kualitas yang selalu berubah kondisinya (kondisi dinamis), saat ini dianggap kualitas hari yang akan datang kemungkinan dianggap tidak kualitas.
Perpaduan semua fungsi dari perusahaan yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pe¬ngertian serta kepuasan pelanggan inilah yang dinamakan Total Quality Management (TQM). TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota or-ganisasi. Pengertian TQM lain menyebutkan bahwa TQM me-rupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang men-coba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui per-baikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
Kebermutuan dan Orientasi Kualitas
Mohr-Jackson (1998) menyatakan bahawa orientasi kualitas dan orientasi pasar adalah saling melengkapi dan gabungan kedua-duanya dapat memberikan sumbangan ke arah pembaikan hasil perusahaan atau lembagi yang bersangkutan. Menurut Mohr-Jackson, penggabungan ini memberikan manfaat kepada fungsi pemasaran jika intensitas perhatian yang lebih besar diberikan pada penjagaan mutu, penggunaan TQM adalah penting untuk menjayakan perlaksanaan konsep pemasaran untuk Perusahaan. Maka TQM dikatakan dapat meningkatkan komunikasi dan kerjasama di antara pemasaran dan fungsi-fungsi lain dalam lembaga, termasuk juga fungsi operasi dan pengeluaran. Orientasi yang menitik beratkan pada kualitas melambangkan respons organisasi terhadap keadaan lingkungan yang dinamik yang menyatukan orientasi pengeluaran dengan orientasi pemasaran.
Sebagaimana dinyatakan tadi, fokus ‘infut dan output’ lembaga pendidikan sebagai salah satu dimensi orientasi bisnis menggambarkan penekanan relatifitas pada aktivitas usaha pada saat perlaksanaan strategi tertentu. Shiba, Graham dan Walden (1993) menyatakan bahwa konsep ‘penekanan organisasi’ dan ‘mementingkan pelanggan’ dalam membicarakan perlaksanaan TQM. Secara mendasar, hasil memfokuskan pada kepentingan pelanggan terhadap aktivitas TQM. Aktiviti TQM ini mengutamakan rantai nilai yang berkait dengan pertukaran produk organisasi dengan pembeli yaitu hubungan di antara pengguna jasa dan lembaga, yang menjadi asas laba. Di antara fokus hasil dan produk, mengoptimumkan proses sasaran, mencapai keluasan pasar, dan meningkatkan nilai produk menjadi hal yang utama. Disamping mengeksploitasikan kelebihan tadi untuk memperbaiki hasil pendapatan (Reed et al.1996). Tindakan ini mencerminkan respon proaktif kepada faktor-faktor pemasaran yang dinamis. Tindakan ini juga dapat memberikan peluang dalam lingkungan untuk menekan dan mematok rencana usaha untuk pasar yang menekankan pada kepentingan pelanggan (Day 1994).
Sebuah lembaga yang menjalankan konsep-konsep TQM dapan mengambil langkah-langkah seperti penekanan operasi atau penekanan pasar (fokus pelanggan) sebagai faktor yang dominan. Oleh kerana prinsip TQM itu sendiri menekankan kepuasan pelanggan, maka secara tersirat, perusahaan atau lembaga yang mengamalkan TQM akan memperlihatkan ciri-ciri tahap orientasi kepentingan pelanggan serta intensitas kebutuhan yang berubah-ubah. Ini bergantung kepada tujuan perlaksanaanTQM itu sendiri, serta jenis-jenis program terkait yang dijalankan.
Meski pun lembaga yang menganuti TQM dan berorientasi pasar menekankan konsep kepentingan pelanggan sebagai falsafah pokok, namun mereka cenderung mengamalkan prinsip operasi dan alat-alat yang berbeda yang akhirnya membawa kepada tahap orientasi pelanggan yang berbeda. Secara teoritis, falsafah TQM dan orientasi pasar adalah ‘sama’ (Webster 1994). Maka, untuk lebih memudahkan perbincangan, penekanan ke atas operasi yang intens di lembaga yang mengamalkan TQM dianggap setara dengan perhatian yang rendah pada lembaga yang berorientasi pasar. Dalam kata lain, lembaga menekankan pada operasi yang cenderung kurang berorientasi kepentingan stake holder di pasar, karana kemampuan operasi yang dijalankan tidak semestinya memenuhi kepentingan pengguna produk yang merupakan syarat untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan. Maka, sebagian dari gejala tekanan pasar yang khusus mungkin diabaikan oleh perusahaan/ lembaga yang hanya mengamalkan TQM. Usaha untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang menjadi sifat lebih proaktif terhadap keperluan yang akan datang dari pengguna produk/ jasa.
Sumber: Disarikan dari Berbagai sumber !
Referensi:
Ballantine, B. (1999). New forms of work organisation and productivity: A study prepared by business decisions limited for DGV of the european commission. diambil tanggal 1 April 2007 dari http://www.europa.eu.int/comm/employment_social/socdial/workorg/ewon/surveys/new-workorg_en.pdf
Burnham, John West. 1997. Managing quality in schools: Effective strategies for quality based school improvement. London: Prentice Hall.
Dale, B. G. 1996. Benchmarking on total quality management adoption: a positioning model. Benchmarking for Quality Management and Technology. 3:1, 28-37.
Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Productivity Commission. 2003. Productivity. Diambil tanggal 30 Oktober 2004 dari http://www.commission productivityprimer/html.
Sallis, Edwar. 2003. Total Quality Manajement in Education; Manajemen Mutu Terpadu. Yogyakarta: Andi Utama.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2002. Total Quality Manajement, Yogyakarta: Andi Utama.
PENGERTIAN DAN KONSEP TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 26, 2015