Home » Archives for 02/10/14
Proses identifikasi kelompok belajar adalah proses penemuan kelompok sasaran yang akan dijadikan sebagai mittra kerja FPBI dalam melaksanakan kegiatan usaha yang telah ditetapkan, melalui kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini meliputi bagian-bagian seperti di bawah ini :
A. Tujuan
Kegiatan identifikasi kelompok belajar ini, bertujuan untuk mencari calon mitra kerja FPBI dalam melaksanakan usahanya, supaya dapat memenuhi kebutuhan dari aspek-aspek yang diperlukan oleh FPBI, Supaya pelaksanaan usaha dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan.
B. instrumen
Instrumen yang dapat dipergunakan dalam kegiatan identifikasi kelompok belajar adalah, sebagai berikut:
No.
|
Indikator
|
Kondisi
|
Ket
|
|
Baik
|
Tidak baik
|
|||
1.
|
Warga
Belajar
|
|||
2.
|
Panti
Belajar
|
|||
3.
|
Sarana
Prasarana
|
|||
4.
|
Tenaga
Pendidik
|
|||
5.
|
Pengelola
|
|||
6.
|
Dana
|
|||
7.
|
Hasil
Belajar
|
|||
8.
|
Proses
Belajar
|
|||
9.
|
Ragi
belajar
|
|||
10.
|
Evaluasi
|
- Nama Kelompok Belajar
- Jenis Usaha
- Berdiri
- Jumalh warga belajar
- Alamat
2. Istrumen yang bisa dipergunakan untuk menggali potensi yang dimiliki kelompok belajar sebagai berikut :
C. Proses
- Mendatangi kelompok yang mempunyai aspek yang dibutuhkan oleh FPBI dan mengidentifikasi aspek yang ada pada kelompok belajar, sebagai bahan untuk menentukan kelompok belajar yang akan menjadi mitra usaha.
- Menyebarkan informasi melalui selebaran yang berisi tentang FPBI yang sedang membutuhkan kelompok belajar untuk dijadikan mitra usaha.
- Mendatangi SKB/BPKB untuk meminta informasi berkenaan dengna kelompok belajar yang mempunyai aspek yang dibutuhkan oleh FPBI untuk melaksanakan usaha.
- Melaksanakan konfirmasi dengang TLD maupun penilik, tentang keberadaan kelompok belajar yang sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan usaha.
- Mendapatkan data tentang kelompok belajar yang bisa dijadikan mitra kerja oleh FPBI, beserta aspek-aspek yang dipunyai oleh kelompok belajar masing-masing dibandingkan dengan kriteria yang dibutuhkan oleh FPBI sendiri. Setelah proses perbandingan ditempuh, maka tentukanlah kelompok belajar yang akan menjadi mitra kerja dalam melaksanakan usaha.
D. Hasil dari tahapan kegiatan identifikasi kelompok belajar, adalah terdapatanya data-data kelompok belajar yang bisa dijadikan mitra kerja, sebagai bahan untuk memilih dan menentukan kelompok belajar mana yang akan ditentukan sebagai mitra kerja.
adapun data-data tersebut akan memuat tentang :
- Daftar nama-nama kelompok belaja yang mempunyai aspek yang dibutuhkan oleh FPBI untuk melaksanakan usaha.
- Daftar alamat mitra kerja
- Daftar aspek-aspek (komponen-komponen) yang dimiliki oleh kelompok belajar, yang akan menjadi mitra kerja FPBI dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.
Sumber : Dirangkum dari buku Model Pemberdayaan Forum Pamong Belajar Indonesia (FPBI) tahun 2009.
CARA IDENTIFIKASI KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN NON FORMAL (PNF)
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
October 02, 2014
Pendidikan seni budaya tari masuk pada kelompok estetika. Estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual maupun bersama sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup.
Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan pada hakikatnya adalah suatu daya upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik untuk menjadi lebih maju, baik dan adab. Dalam pengertian ini, baik dalam tataran afektif, psikomotorik, maupun kognitif (Joseph, 2003). Pendidikan estetik yang diberikan di lembaga juga merupakan pendidikan yang menggunakan skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yang akan ditonjolkan oleh pendidik. Berdasar tujuan dasarnya, pendidikan estetika dilembaga merupakan pendidikan yang mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik peserta didik melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait dengan itu mestinya aspek afektif dan psikomotorik lebih ditonjolkan yang didukung oleh aspek kognitif sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam pembelajaran seni, selain pendidik memahami konsep apresiasi, pendidik juga harus memahami konsep ekspresi. Biasanya antara konsep ekspresi dengan konsep kreasi dipahami/ dimengerti rancu. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab dalam dunia seni, berekspresi dalam bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti sebagai berkreasi, namun berekpresi dalam bentuk penjiwaan dan/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni baru tertentu hanya bisa dimengerti sebagai berapresiasi. Dengan demikian konsep ekspresi bisa dimengerti sebagai suatu penjiwaan dan/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi namun juga bisa dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala ekspresi tersebut sampai ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu pula dengan peserta didik, selama ini peserta didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka diperlukan konsep apresiasi dan konsep ekspresi yang jelas agar dapat digunakan sebagai landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan ekspresi tersebut menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.
Tari merupakan karya seni yang menggunakan unsur gerak sebagai media utamanya, tidak hanya semata-mata sebagai sarana hiburan, tetapi lebih pada pemahaman nilai pembelajaran dalam pembentukan mental pribadi individu dan masyarakat lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk pesan, simbol dan imajinasi gerak yang telah diciptakan.
Kalimantan Selatan merupakan daerah yang memiliki kebudayaan yang erat kaitannya dengan kesenian, yang dalam arti luas merupakan suatu karya estetis insan dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, warna, bunyi, kata atau simbol-simbol tertentu. Tari tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan yang mengandung pesan-pesan moral dan memiliki unsur-unsur tertentu yang mempunyai arti penting dan simbolik, serta dapat menyentuh aspek kehidupan manusia diantaranya adalah Tari Baksa Kembang.
Pendidik hendaknya mampu memberi pemahaman kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang ada dalam Tari Baksa Kembang untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga pada akhirnya peserta didik mampu mengembangkan diri untuk dapat melakukan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika dari seni tari tersebut.
Pembelajaran dalam pemahaman umum menurut Gegne dan Wager (1992) adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia dengan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, dapat dimengerti sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu peserta didik agar peserta didik mendapatkan kemudahan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian tentang pembelajaran secara umum menurut Joice dan Marsha Wheil (1986) secara pokok berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian tidak bisa ditinggalkan nanti dalam gerak langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, dan evaluasinya berkait dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Apresiasi itu sendiri secara konsep menurut Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) adalah suatu pengenalan seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yang diperkenalkan sampai kememahami serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh seniman. Berkait dengan itu menurut Sutopo (1989) yang mengambil pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi merupakan proses pengenalan dan pemahaman nilai karya seni, untuk menghargainya, dan menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
Kreasi dapat dimengerti sebagai hasil dari sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara yang baru untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul tentang apresiasi dan kreasi, sehingga memudahkan peserta didik memahami pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi dan kreasi.
Bertolak dari konsep dan/ atau pemahaman tentang apresiasi dan ekspresi/ kreasi seperti yang telah dikemukakan, jika dihubungkan dengan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, tampaknya akan menjadi sarana ketersampaiannya.
Pengembangan metode pembelajaran tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi ini dirancang dengan tindak lanjut pengembangan untuk mendapatkan atau menghasilkan buah produk yang berpijak dari sebuah kebutuhan yang telah dipetakan. Pembelajaran seni tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi untuk peserta didik dilakukan dengan cara menentukan langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan kreasi.
Langkah pembelajaran apresiasi yang dikembangkan adalah pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai dengan penikmatan dengan cara menyaksikan sebuah sajian tari yang akan diapresiasi. Kedua adalah memahami. Pengertian memahami di sini adalah pemahaman secara tekstual dan kontekstual. Pemahaman tekstual adalah pemahaman tentang seninya dalam hubungannya dengan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan dengan segala sesuatu yang berkait dengan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan munculnya tari tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yang diapresiasi tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan bisa juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan dengan keberadaan tari itu semakin bagus. Pemahaman teks tarian adalah berkait dengan teksnya/ materi tarinya atau tentang tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur gerak tari/ komposisi gerak, rias dan busana, serta iringan. Jika dianalisis berdasar model analisis tari, sisi gerak ini misalnya bisa dilihat dari unsur gerak kepala, badan, dan kaki. Rias dan busana misalnya dapat dilihat dari misalnya rias cantik dan rias karakter. Iringan misalnya dilihat dari iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan dengan iringan yang berasal dari luar tubuh penari. Iringan internal berkait dengan iringan yang didapat dari tubuh penari atau suara-suara dari tubuh penari. Ketiga, adalah penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini bisa dikaitkan dengan mengekspresikan isi cerita tari yang dibawakan dan karakter tari serta nilai yang terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, cerita yang berkait dengan temanya, misal tema binatang, tema tumbuhan, tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan.
Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan pada hakikatnya adalah suatu daya upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik untuk menjadi lebih maju, baik dan adab. Dalam pengertian ini, baik dalam tataran afektif, psikomotorik, maupun kognitif (Joseph, 2003). Pendidikan estetik yang diberikan di lembaga juga merupakan pendidikan yang menggunakan skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yang akan ditonjolkan oleh pendidik. Berdasar tujuan dasarnya, pendidikan estetika dilembaga merupakan pendidikan yang mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik peserta didik melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait dengan itu mestinya aspek afektif dan psikomotorik lebih ditonjolkan yang didukung oleh aspek kognitif sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam pembelajaran seni, selain pendidik memahami konsep apresiasi, pendidik juga harus memahami konsep ekspresi. Biasanya antara konsep ekspresi dengan konsep kreasi dipahami/ dimengerti rancu. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab dalam dunia seni, berekspresi dalam bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti sebagai berkreasi, namun berekpresi dalam bentuk penjiwaan dan/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni baru tertentu hanya bisa dimengerti sebagai berapresiasi. Dengan demikian konsep ekspresi bisa dimengerti sebagai suatu penjiwaan dan/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi namun juga bisa dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala ekspresi tersebut sampai ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu pula dengan peserta didik, selama ini peserta didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka diperlukan konsep apresiasi dan konsep ekspresi yang jelas agar dapat digunakan sebagai landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan ekspresi tersebut menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.
Tari merupakan karya seni yang menggunakan unsur gerak sebagai media utamanya, tidak hanya semata-mata sebagai sarana hiburan, tetapi lebih pada pemahaman nilai pembelajaran dalam pembentukan mental pribadi individu dan masyarakat lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk pesan, simbol dan imajinasi gerak yang telah diciptakan.
Kalimantan Selatan merupakan daerah yang memiliki kebudayaan yang erat kaitannya dengan kesenian, yang dalam arti luas merupakan suatu karya estetis insan dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, warna, bunyi, kata atau simbol-simbol tertentu. Tari tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan yang mengandung pesan-pesan moral dan memiliki unsur-unsur tertentu yang mempunyai arti penting dan simbolik, serta dapat menyentuh aspek kehidupan manusia diantaranya adalah Tari Baksa Kembang.
Pendidik hendaknya mampu memberi pemahaman kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang ada dalam Tari Baksa Kembang untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga pada akhirnya peserta didik mampu mengembangkan diri untuk dapat melakukan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika dari seni tari tersebut.
Pembelajaran dalam pemahaman umum menurut Gegne dan Wager (1992) adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia dengan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, dapat dimengerti sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu peserta didik agar peserta didik mendapatkan kemudahan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian tentang pembelajaran secara umum menurut Joice dan Marsha Wheil (1986) secara pokok berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian tidak bisa ditinggalkan nanti dalam gerak langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, dan evaluasinya berkait dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Apresiasi itu sendiri secara konsep menurut Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) adalah suatu pengenalan seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yang diperkenalkan sampai kememahami serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh seniman. Berkait dengan itu menurut Sutopo (1989) yang mengambil pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi merupakan proses pengenalan dan pemahaman nilai karya seni, untuk menghargainya, dan menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
Kreasi dapat dimengerti sebagai hasil dari sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara yang baru untuk dapat menemukan pemecahan masalah yang unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul tentang apresiasi dan kreasi, sehingga memudahkan peserta didik memahami pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi dan kreasi.
Bertolak dari konsep dan/ atau pemahaman tentang apresiasi dan ekspresi/ kreasi seperti yang telah dikemukakan, jika dihubungkan dengan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, tampaknya akan menjadi sarana ketersampaiannya.
Pengembangan metode pembelajaran tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi ini dirancang dengan tindak lanjut pengembangan untuk mendapatkan atau menghasilkan buah produk yang berpijak dari sebuah kebutuhan yang telah dipetakan. Pembelajaran seni tari dalam konteks pendidikan apresiasi dan kreasi untuk peserta didik dilakukan dengan cara menentukan langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan kreasi.
Langkah pembelajaran apresiasi yang dikembangkan adalah pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai dengan penikmatan dengan cara menyaksikan sebuah sajian tari yang akan diapresiasi. Kedua adalah memahami. Pengertian memahami di sini adalah pemahaman secara tekstual dan kontekstual. Pemahaman tekstual adalah pemahaman tentang seninya dalam hubungannya dengan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan dengan segala sesuatu yang berkait dengan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan munculnya tari tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yang diapresiasi tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan dan kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan bisa juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan dengan keberadaan tari itu semakin bagus. Pemahaman teks tarian adalah berkait dengan teksnya/ materi tarinya atau tentang tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur gerak tari/ komposisi gerak, rias dan busana, serta iringan. Jika dianalisis berdasar model analisis tari, sisi gerak ini misalnya bisa dilihat dari unsur gerak kepala, badan, dan kaki. Rias dan busana misalnya dapat dilihat dari misalnya rias cantik dan rias karakter. Iringan misalnya dilihat dari iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan dengan iringan yang berasal dari luar tubuh penari. Iringan internal berkait dengan iringan yang didapat dari tubuh penari atau suara-suara dari tubuh penari. Ketiga, adalah penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini bisa dikaitkan dengan mengekspresikan isi cerita tari yang dibawakan dan karakter tari serta nilai yang terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, cerita yang berkait dengan temanya, misal tema binatang, tema tumbuhan, tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan.
Penghayatan karakter, misalnya karakter gagah, karakter putri, dan karakter halus. Keempat, adalah evaluasi. Pada pemahaman evaluasi berkait dengan penilaian. Penilaian berhubungan dengan baik buruk. Dalam konteks ini pengertian baik dan buruk bisa dihubungkan dengan makna tari bagi jiwa kita. Artinya apakah tari itu misalnya bisa kita nikmati, apakah tari itu bisa menumbuhkan imajinasi, dan apakah tari itu bisa mewujudkan nilai budaya. Intinya termasuk apakah tari itu dapat kita jadikan alat ekspresi estetik. Jika evaluasi kita atau penilaian kita terhadap tari itu banyak positifnya, maka kita akan menghargai tari tersebut. Dengan kita menghargai melalui proses yang demikian, maka apresiasi kita terhadap seni tari tersebut dapat kita katakan baik atau tinggi. Proses penghargaan atau apresiasi yang demikian inilah yang kita namakan pembelajaran tari melalui pendekatan apresiasi.
Langkah pembelajaran kreasi melalui, mengembangkan ide dan konsep yang didapat dari hasil apresiasi, penuangan ide dan konsep, kemampuan menghubungkan ide dan konsep, membuat jalinan ide dan konsep serta menghubungkannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru, hasil berupa produk baru.
Pendekatan kreasi ini berangkat dari hasil apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan tumbuh ide dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yang digunakan sebagai bahan ajar dilembaga akan menunbuhkan ide baru berkait tari kreasi yang masing-masing peserta didik bisa tumbuh ide yang berbeda-beda. Ide tertentu akan menumbuhkan konsep yang berbeda. Ide ingin membuat semacam kreasi tari India, konsep terhadap tari india masing-masing tidak sama. Berangkat dari ide dan konsep, akan menuju pada penuangan ide dan gerak. Penuangan ide akan berdasar pada konsep yang ada pada masing-masing peserta didik. Selain ide dan konsep yang masing-masing anak pasti berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan ide dan konsep. Sekalipun ide dan konsep misalnya sama, penuangannya pun pasti berbeda. Penuangan ide dan konsep di sini dalam kaitannya bagaimana ide dan konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan ide dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing peserta didik dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait ide dan konsep si peserta didik. Menghubungkan setiap ide dengan konsep yang berbeda akan menghasilkan ragam gerak yang berbeda. Ide tertentu yang sama serta konsep tertentu yang sama tidak akan menjadikan gerakan tari yang dimunculkan oleh peserta didik akan sama. Apalagi jika ide dan konsepnya berbeda tentu akan menghasilkan gerak tari yang sangat berbeda.
Peserta didik dapat menghubungkan apresiasi dan kreasi, sehingga setelah pembelajaran mereka mampu menghasilkan karya seni baru tanpa melupakan seni yang telah dibakukan serta meningkatkan minat pendidik dan peserta didik untuk berwirausaha.
Teknik pembelajaran tari dalam konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait dengan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan estetika yang harus dicapai melaui pembelajaran seni tari untuk peserta didik. Gerak langkah yang berangkat dari analisis materi ini, dilanjutkan dengan kajian teoritik/ konseptual terkait dengan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yang pada akhir teknik pembelajaran ini diharapkan sampai menghasilkan bagaimana mengajarkan pendidikan estetika melalui seni tari. Langkah yang dilakukan untuk teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar acuan pendidik. Berdasar acuan tersebut, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju pada tataran konseptual yang mendasar dan benar-benar sesuai dengan tataran pendidikan untuk peserta didik, maka akan dilakukan dengan melibatkan peserta didik.
1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah pula didekati dengan menggunakan pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi adalah hal-hal yang berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya adalah, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal daerah setempat dan menampilkan sikap apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal daerah setempat. Indikator pencapaian, peserta didik dapat : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) menyebutkan unsur pokok tari, (3) menyebutkan unsur keindahan tari, (4) menyebutkan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (5) menyebutkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan salah satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu adalah, peserta didik diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (2) membuat tanggapan serius terhadap hasil identifikasi secara berkelompok, dan (3) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, agar peserta didik mempunyai keinginan untuk mengapresiasi keunikan hasil karya tari tunggal daerah setempat.
Langkah pembelajaran kreasi melalui, mengembangkan ide dan konsep yang didapat dari hasil apresiasi, penuangan ide dan konsep, kemampuan menghubungkan ide dan konsep, membuat jalinan ide dan konsep serta menghubungkannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru, hasil berupa produk baru.
Pendekatan kreasi ini berangkat dari hasil apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan tumbuh ide dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yang digunakan sebagai bahan ajar dilembaga akan menunbuhkan ide baru berkait tari kreasi yang masing-masing peserta didik bisa tumbuh ide yang berbeda-beda. Ide tertentu akan menumbuhkan konsep yang berbeda. Ide ingin membuat semacam kreasi tari India, konsep terhadap tari india masing-masing tidak sama. Berangkat dari ide dan konsep, akan menuju pada penuangan ide dan gerak. Penuangan ide akan berdasar pada konsep yang ada pada masing-masing peserta didik. Selain ide dan konsep yang masing-masing anak pasti berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan ide dan konsep. Sekalipun ide dan konsep misalnya sama, penuangannya pun pasti berbeda. Penuangan ide dan konsep di sini dalam kaitannya bagaimana ide dan konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan ide dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing peserta didik dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait ide dan konsep si peserta didik. Menghubungkan setiap ide dengan konsep yang berbeda akan menghasilkan ragam gerak yang berbeda. Ide tertentu yang sama serta konsep tertentu yang sama tidak akan menjadikan gerakan tari yang dimunculkan oleh peserta didik akan sama. Apalagi jika ide dan konsepnya berbeda tentu akan menghasilkan gerak tari yang sangat berbeda.
Peserta didik dapat menghubungkan apresiasi dan kreasi, sehingga setelah pembelajaran mereka mampu menghasilkan karya seni baru tanpa melupakan seni yang telah dibakukan serta meningkatkan minat pendidik dan peserta didik untuk berwirausaha.
Teknik pembelajaran tari dalam konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait dengan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan estetika yang harus dicapai melaui pembelajaran seni tari untuk peserta didik. Gerak langkah yang berangkat dari analisis materi ini, dilanjutkan dengan kajian teoritik/ konseptual terkait dengan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yang pada akhir teknik pembelajaran ini diharapkan sampai menghasilkan bagaimana mengajarkan pendidikan estetika melalui seni tari. Langkah yang dilakukan untuk teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar acuan pendidik. Berdasar acuan tersebut, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju pada tataran konseptual yang mendasar dan benar-benar sesuai dengan tataran pendidikan untuk peserta didik, maka akan dilakukan dengan melibatkan peserta didik.
1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah pula didekati dengan menggunakan pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi adalah hal-hal yang berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya adalah, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal daerah setempat dan menampilkan sikap apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal daerah setempat. Indikator pencapaian, peserta didik dapat : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) menyebutkan unsur pokok tari, (3) menyebutkan unsur keindahan tari, (4) menyebutkan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (5) menyebutkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan salah satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu adalah, peserta didik diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (2) membuat tanggapan serius terhadap hasil identifikasi secara berkelompok, dan (3) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, agar peserta didik mempunyai keinginan untuk mengapresiasi keunikan hasil karya tari tunggal daerah setempat.
Materi Pembelajaran berkait dengan seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah, unsur pokok tari adalah gerak dan ekspresi. Unsur keindahan tari berkaitan dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa. Wiraga merupakan gerak anggota tubuh yang dirangkai dan digayakan sesuai dengan bentuk yang tepat. Wirama merupakan keselarasan gerak dengan irama. Wirasa merupakan perasaan yang diekspresikan melalui wajah dan gerak. Wirupa merupakan kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui busana, rias dan disesuaikan dengan perannya.
Bahasan mengenai tari daerah, berdasarkan sifat dan sejarahnya adalah tentang tari tradisional kerakyatan, tari tradisional klasik, dan tari kreasi. Berdasarkan bentuk penyajian terdiri dari Tari tunggal, Tari berpasangan, dan Tari kelompok. Fungsi tari, sebagai sarana upacara adat, sebagai sarana pertunjukan, dan sebagai media pendidikan. Unsur pendukung tari berkait dengan tata rias dan busana, Properti, Irama, Tata panggung, dan Tata lampu.
Keunikan bentuk penyajian tari berhubungan dengan ragam gerak, iringan, busana, tata rias, dan properti. Hal-hal yang diidenfikasi meliputi ragam gerak tari, ringan tari, busana, tata rias, dan properti. Semua ini menggunakan metode ceramah, tugas, tanya jawab, dan diskusi kelompok.
2. Konteks Pembelajaran Apresiasi Kreasi
Dalam konteks pembelajaran apresiasi kreasi ini, standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Kompetensi dasarnya dapat mengeksplorasi gerak tari kreasi. Dengan demikian indikator kognitif berkait dengan produk. Dengan ini peserta didik mampu menyebutkan nama-nama tari kreasi. Prosesnya tentu melalui menunjukkan nama-nama tari kreasi yang ada. Berkait dengan psikomotor, melakukan pengamatan dengan melihat penayangan video tari kreasi. Berkait dengan afektif, peduli, cermat, teliti, disiplin, tanggung jawab. Berhubungan dengan keterampilan sosial adalah bertanya, memperhatikan penjelasan dengan baik, kreatif. Materi pembelajaran, bisa mengambil contoh dari tari hasil kreasi penata tari pada festival tari daerah, ataupun dari negara di Asia, seperti Thailand, China, dan Kamboja. Thailand antara lain : tari itik, tari petani (panen padi), tari sri muan-sri nuan, dan tari nora. China tari tangan seribu, tangan naga, tari barongsai. Kamboja tari ram vong, dan tari ram saravan. Kegiatan mengeksplorasi tari petani dari Thailand seperti ini misalnya melakukan penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, berkegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Mengeksplorasi gerak tari petani yang meliputi mengolah sawah, menabur benih, memupuk dan menyiangi, di serang hama.
Apresiasi dan kreasi dapat meningkatkan minat kewirausahaan pendidik dan peserta didik. Keduanya dapat mengembangkan keterampilan yang diperoleh dengan menjual produk baru dari apresiasi dan kreasi yang mereka buat dari pembelajaran seni tari baksa kembang.
Demikian artikel tentang Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Daerah Banjar Baksa Kambang, semoga bermanfaat. terima kasih
Sumber : Disarikan dari Makalah Apresiasi PTKPAUDNI, Desy Hairina,M.Pd, "PEMBELAJARAN SENI TARI INOVATIF DALAM KONTEKS APRESIASI DAN KREASI UNTUK PESERTA DIDIK" Tahun 2013
PENDIDIKAN APRESIASI SENI BUDAYA TARI DAERAH BANJAR BAKSA KEMBANG
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
October 02, 2014
Hukum 'Adi (Adat) ialah hukum penetapan sesuatu bagi sesuatu yang lain, atau peniadaan (penafian) sesuatu karena sesuatu yang lain secara berulang-ulang. Demikian pula jika terjadi perlawanan atau saling pengaruh mempengaruhi, maka hal itu juga dianggap sah.
Berdasarkan pengertian ini, maka hukum adat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pertalian antara adanya sesuatu dengan adanya sesuatu yang lain. Contohnya, adanya rasa kenyang dalam perut karena adanya makanan dalam perut.
2. Pertalian antara tiadanya sesuatu barang dengan tiadanya suatu barang yang lain. Contohnya, tiada rasa kenyang dalam perut karena tiadanya makanan dalam perut.
3. Pertalian antara adanya sesuatu barang dengan tiadanya sesuatu barang. misalnya, adanya rasa dingin pada tubuh karena tiadanya kain atau baju penutup tubuh.
4. Pertalian antara tiadanya suatu barang dengan adanya suatu barang. Misalnya, tidak terbakarnya suatu barang karena adanya air yang menyiramnya.
Kemudian, jika kita telah mengetahui arti dan makna wajib syar'i dan wajib aqli, maka akan kita ketahui pula bahwa ternyata keduanya berlainan maksud dan tujuannya. Maka apabila dikatakan wakib atas tiap-tiap mukallaf", maksudnya adalah wajib syar'i. Yakni wajib berdasarkan hukum syara'. Dan jika dikatakan wajib bagi Allah atau wajib bagi Rasul-Nya, maka tidak lain maksudnya ialah wajib aqli.Yakni wajib berdasakan hukum akal.
Begitu pula jika dikatakan ja'iz bagi Allah, maka maksudnya ialah ja'iz aqli. Yakni ja'iz bagi akal. Dan jika dikatakan ja'iz mukallaf, maka maksudnya adalah ja'iz syar'i. Yakni ja'iz berdasarkan hukum syara'.
Berdasarkan pengertian ini, maka hukum adat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pertalian antara adanya sesuatu dengan adanya sesuatu yang lain. Contohnya, adanya rasa kenyang dalam perut karena adanya makanan dalam perut.
2. Pertalian antara tiadanya sesuatu barang dengan tiadanya suatu barang yang lain. Contohnya, tiada rasa kenyang dalam perut karena tiadanya makanan dalam perut.
3. Pertalian antara adanya sesuatu barang dengan tiadanya sesuatu barang. misalnya, adanya rasa dingin pada tubuh karena tiadanya kain atau baju penutup tubuh.
4. Pertalian antara tiadanya suatu barang dengan adanya suatu barang. Misalnya, tidak terbakarnya suatu barang karena adanya air yang menyiramnya.
Kemudian, jika kita telah mengetahui arti dan makna wajib syar'i dan wajib aqli, maka akan kita ketahui pula bahwa ternyata keduanya berlainan maksud dan tujuannya. Maka apabila dikatakan wakib atas tiap-tiap mukallaf", maksudnya adalah wajib syar'i. Yakni wajib berdasarkan hukum syara'. Dan jika dikatakan wajib bagi Allah atau wajib bagi Rasul-Nya, maka tidak lain maksudnya ialah wajib aqli.Yakni wajib berdasakan hukum akal.
Begitu pula jika dikatakan ja'iz bagi Allah, maka maksudnya ialah ja'iz aqli. Yakni ja'iz bagi akal. Dan jika dikatakan ja'iz mukallaf, maka maksudnya adalah ja'iz syar'i. Yakni ja'iz berdasarkan hukum syara'.
Sumber : Disarikan dari buku Sifat dua Puluh Bahasa Arab Melayu, Al-Habib Usman bin Abdullah bin Yahya !!
HUKUM 'ADI (ADAT) DALAM AGAMA ISLAM
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
October 02, 2014