Home » Archives for 19/03/15
Setelah beberapa lama, Dalam perkembangan ekonomi dan perdagangan khususnya di Asia tenggara, hubungan perdagangan melalui jalan darat makin lama makin berkurang. Hal ini disebabkan antara lain karena faktor keamanan dalam perjalanan. Mungkin ketika itu sering terjadi gangguan dalam perjalanan seperti bencana alam (badai, banjir) dan gangguan binatang buas lainnya. Karena itu perjalanan membawa barang perdagangan mulai dialihkan melalui pelayaran di lautan.
Jalan melalui laut yang dimulai dari Negeri Cina melewati Selat Malaka dan perairan Indonesia menuju ke negeri India. Demikian pula sebaliknya pelayaran niaga dari India ke negeri Cina juga melalui Selat Malaka. Meningkatkan lalu lintas perdagangan melalui Selat Malaka menyebabkan munculnya bandar-bandar atau pelabuhan-pelabuhan kecil disekitarnya (terutama di pesisir Pulau Sumatera). Di Tempat-tempat tersebut para pedagang India maupun Cina beristirahat sementara sebelum melanjutkan pelayarannya. Pada waktu istirahat mereka mencari persediaan bahan makanan dan air minum juga barang dagangan di wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata semakin banyak pedagang-pedagang Cina maupun India yang singgah di kepulauan Indonesia. Karena keadaan demikian, maka para pedagang lebih menyukai menggunakan jalan perdagangan melalui laut. Banyaknya pedagang Cina maupun India yang menggunakan jalan laut menyebabkan makin ramainya perdagangan pelayaran di Asia, khususnya Asia Tenggara. Kedua negeri tersebut saling mencukupi keperluan masing-masing. Dari negeri Cina didatangkan barang-barang porselen dan sutera, sedangkan India banyak mengekspor barang-barang dari gading, ukir-ukirang dan tenunan halus.
Setelah mereka mengetahui bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang subur, tanah luas, dan banyak hasil bumi yang sangat diperlukan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya: emas, perak, beras, rempah-rempah, kayu cendana, kayu gaharu, kapur barus dan lain-lain, wilayah Indonesia makin ramai oleh perdagangan di Asia.
Hubungan dagang antara India dan Indonesia makin lama semakin berkembang. Meluasnya hubungan dagang dengan Indonesia setelah para pedagang India dalam perdagangan dan pelayarannya menempuh jalan menyusuri pantai Barat Sumatera, terus ke Selat Sunda. Selanjutnya mereka berbelok ke arah utara menyusuri pantai Utara Jawa, Pantai Timur Kalimantan terus ke Cina.
Jalan perdagangan yang ditempuh oleh para pedagang India tersebut karena selain lautnya lebih tenang dan aman, juga daerah-daerah yang dilalui banyak menghasilkan barang dagangan seperti: emas, perak, gading, beras, rempah-rempah, rotan, kayu cendana, kapur barus, dan sebagainya. Kesempatan beristirahat dapat mereka manfaatkan untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Menurut catatan para ahli sejarah hubungan dagang antara India dengan Indonesia lebih dahulu berkembang dibandingkan dengan hubungan antar Indonesia dengan Cina. Jadi kepulauan kita telah dikenal oleh orang-orang India terlebih dahulu. Bahkan di dalam kitab Ramayana (kitab Agama Hindu) terdapat nama Yawadwipa (Yawa: Jewawut, dwila: Pulau).Nama ini dipakai untuk menyebut suatu daerah di sebelah Timur Indonesia. Kemungkinan besar yang dimaksud dengan Yawadwipa adalah sebutan untuk Pulau Jawa.
Sumber lain tentang kepulauan Indonesia, disebutkan oleh seorang ahli ilmu bumi bangsa Yunani bernama Ptolomeus (kurang lebih 150 M). Ia menyebutkan bahwa di sebelah Timur terletak kepulauan yang banyak menghasilkan emas. Ptolomeus menyebutkan kepulauan ini dengan sebutan "Jabadiu". Mungkin nama Jabadiu ini dimaksudkan Pulau Jawa atau mungkin Pulau Sumatera.
Pada abad ke-5 sampai abad ke-6 perdagangan makin berkembang di Sumatera Tengah Kemudian dari abad ke-7 hingga abad ke-14 perdagangan berpusat di Kerajaan Sriwijaya. ZKarena pada waktu itu merupakan tempat persinggahan kapal dagang yang berlayar antara India dan Cina. Demikian pula sebaliknya. Bahkan para pedagang asing itu bukan hanya pedagang India dan Cina, melainkan ada juga pedagang Arab dan Siam (Thailand). Para pedagang itu membongkar dan memuat barang dagangan mereka di pusat pelabuan Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya cepat berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan internasional yang sangat ramai.
Sementara itu di Pulau Jawa sekitar abad ake-14 terdapat bandar perdagangan yang tersebar yakni terletak di kota Tubah dan Gresik (Jawa Timur). Karena pada pertengahan masa itu kerajaan Majapahit dengan rajanya bernama Hayam Wuruk dan Patihnya Gajah Mada mencapai puncak kejayaan. Bandar-bandartersebut menjadi gudang rempah-rempah dari kepulauan Maluku. Dalam perkembangannya setelah itu baru muncul kota-kota Surabaya dan Jepara.
Seperti telah kita ketahui bahwa rempah-rempah sejak dahulu kala merupakan barang dagangan yang penting. Dari Eropa banyak permintaan rempah-rempah tersebut. Bandar-bandar di Jawa merupakan pelabuhan transit bagi rempah-rempah dari kepulauan Maluku. Dari sini remaph-rempah di bawa berlayar ke Barat, ke arah utara, sampai ke negeri Cina. Demikian pula barang dagangan lainnya seperti beras, dan bahan makanan banyak diangkut dari banda-bandar di Pulau Jawa.
Dengan adanya peningkatan kegiatan perdagangan antara Eropa dan Asia termasuk Indonesia, maka perdagangan rempah-rempah makin ramai. Karena banyak permintaan maka produksi rempah-rempah semakin dikenal oleh pedagang-pedagang asing. Keadaan ini menimbulkan keinginan besar di kalangan orang asing terutama Eropa untuk mengunjungi kepulauan kita.
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber !!
CARA PERDAGANGAN DAN PELAYARAN DI ASIA JAMAN DAHULU
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
March 19, 2015
Dahulu kala, pada masa kuno perdagangan yang dilakukan nenek moyang kita dahulu belum seperti yang kita lihat sekarang. Ketika itu belum ada atau belum berlaku mata uang di seluruh kepulauan. Barang-barang dagangan mereka tidak diperjualbelikan dengan menggunakan uang sebagai alat tukar, tetapi saling bertukar barang antara mereka.
Cara perdagangan yang berlaku pada waktu itu adalah dengan sistem barter, yaitu barang dagangan yang mereka bawa saling dipertukarkan sesuai dengan keperluan dan kebutuhan masing-masing. Misalnya: Ada penduduk yang berdiam dilereng-lereng gunung akan melakukan barter dengan penduduk yang ada di daerah pantai, Contoh yang lebih rumit: jika nenek moyang kita yang berasal dari pulau Sumatera memerlukan beras dan makanan lainnya, maka mereka pergi berlayar ke pulau Jawa membawa hasil bumi didaerahnya berupa emas atau perak untuk diperdagangkan atau dipertukarkan. Demikian pula mereka yang berasal dari pulau Maluku membawa rempah-rempah singgah ke pulau Sumatera lalu mereka butuh emas atau perak, maka mereka pun melakukan pertukaran barang yang mereka bawa dengan barang yang dibutuhkan.
Pada waktu itu penduduk memang belum mengenal mata uang seperti sekarang. Orang-orang melakukan pertukaran langsung terhadap barang yang dibutuhkannya dengan barang yang berlebihan yang mereka miliki.
MENGENAL SISTEM BARTER PADA PERDAGANGAN KUNO
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
March 19, 2015
Dari hasil penelitian sejarah, tidak ada bangsa yang hidup sejak dahulu yang tidak pernah berhubungan dengan bangsa lainnya. Setidaknya mereka pernah bahkan mungkin seringkali mengadakan hubungan di bidang tertentu. Salah satu kegiatan penting dalam hubungan antarbangsa di 'Asia pada masa lalu adalah dalam bidang perdagangan.
Pada masa kuno di Asia terdapat dua jalan perdagangan yang utama, yaitu melalui jalan darat dan jalan laut. Sebelum jalan laut ramai digunakan orang dalam kegiatan perdagangan di Asia, maka jalan darat sering digunakan terutama oleh pedagang bangsa Cina (Asia Tmur) yang berdagang ke India (Asia Barat). Demikian pula sebaliknya. Jalan darat merupakan jalan yang tertua dalam perdagangan di Asia.
Perdagangan melalui jalan darat menggunakan hewan seperti: kuda sebagai penarik kereta barang/ gerobak pembawa barang dagangan berupa sutera dari negeri Cina. Pada waktu itu negeri Cina telah terkenal dengan suteranya yang halus. Jalan darat dijadikan jalan utama perdagangan di Asia. Karena itu jalan darat pada masa ini disebut jalan sutera Disebut jalan sutera karena barang utama yang diperdagangkan dari negeri Cina ke India adalah sutera.
Pada masa kuno di Asia terdapat dua jalan perdagangan yang utama, yaitu melalui jalan darat dan jalan laut. Sebelum jalan laut ramai digunakan orang dalam kegiatan perdagangan di Asia, maka jalan darat sering digunakan terutama oleh pedagang bangsa Cina (Asia Tmur) yang berdagang ke India (Asia Barat). Demikian pula sebaliknya. Jalan darat merupakan jalan yang tertua dalam perdagangan di Asia.
Perdagangan melalui jalan darat menggunakan hewan seperti: kuda sebagai penarik kereta barang/ gerobak pembawa barang dagangan berupa sutera dari negeri Cina. Pada waktu itu negeri Cina telah terkenal dengan suteranya yang halus. Jalan darat dijadikan jalan utama perdagangan di Asia. Karena itu jalan darat pada masa ini disebut jalan sutera Disebut jalan sutera karena barang utama yang diperdagangkan dari negeri Cina ke India adalah sutera.
Gambar: Pedagang berniaga melalui jalan darat (jalan sutera) |
Perdagangan dengan membawa barang dagangan utama berupa sutera yang dimulai dari negeri Cina, melalui Asia Tengah dan Turkistan sampai ke laut Mediterania.
Hubungan melalui darat dari negeri Cina dan India hingga sampai Eropa sudah terkenal sejak kira-kira tahun 500 Sebelum Masehi (SM).
Dalam perkembangannya ternyata hubungan perdagangan melalui jalan darat makin lama makin berkurang. Hal ini disebabkan faktor keamanan dalam perjalanan. Mungkin ketika itu sering terjadi gangguan dalam perjalanan seperti gangguan kejahatan;perampokan, bencana alam (badai, banjir) dan gangguan binatang buas lainnya.
Hubungan melalui darat dari negeri Cina dan India hingga sampai Eropa sudah terkenal sejak kira-kira tahun 500 Sebelum Masehi (SM).
Dalam perkembangannya ternyata hubungan perdagangan melalui jalan darat makin lama makin berkurang. Hal ini disebabkan faktor keamanan dalam perjalanan. Mungkin ketika itu sering terjadi gangguan dalam perjalanan seperti gangguan kejahatan;perampokan, bencana alam (badai, banjir) dan gangguan binatang buas lainnya.
MENGENAL ISTILAH JALAN SUTERA DALAM PERDAGANGAN DI ASIA
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
March 19, 2015
1. Asal Usul Makhluk Hidup
Warga belajar dan siswa--sekalian, berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup di bumi kita ini, Lapisan bumi pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lapisan atas, lapisan tengah dan lapisan bawah. Manusia mulai hidup pada lapisan atas bersama-sama dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Makhluk hidup tersebut mula-mula memiliki bentuk yang tidak sama dengan sekarang. Semuanya mengalami perubahan dari bentuk sederhana hingga bentuk yang sempurna. Para ahli menyatakan bahwa makhluk hidup di dunia berasal dari satu keturunan. Dari binatang bersel satu, sampai binatang yang bertulang belakang seperti reptil, binatang menyusui dan kera. Demikian pula jenis makhluk yang mempergunakan kecerdasan dan akal pikiran yaitu manusia. Tinjauan ini dilihat dari ilmu pengetahuan dan bukan dari segi agama.
Hingga saat ini masih ada yang berpendapat bahwa manusia purba yang terakhir Homo Sapiens, karena dianggap makhluk manusia yang terakhir yang tertinggi pertumbuhannya bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk sebelumnya. Perhatikan tabel lapisan bumi di bawah ini:
Tabel Lapisan Bumi
Dari tabel di atas terlihat bahwa manusia ada pada tahun 140 juta dengan 20 juta tahun sebelum Masehi. Keberadaan manusia pertama setelah adanya binatang dan tumbuh-tumbuhan di bumi ini.
2. Fosil dan Artefak Manusia Purba
Peninggalan manusia purba secara tertulis sedikit yang sampai pada kita. Untuk mengetahui keadaan manusia purba hanya dapat diperoleh dari peninggalan yang berupa tengkorak, tulang-tulangm dan alat-alat yang dipergunakan oleh manusia purba atau disebut artefak. Tengkorak, tulang-tulang dan alat-alat diperoleh dan penggalan yang dilakukan oleh para ahli antropologi. Hasil penggalian berupa tumbuh-tumbuhan, tulang hewan dan manusia yang sudah membatu dinamakan fosil.
Artefak dan fosil itulah yang memberikan petunjuk kehidupan dan jenis manusia purba. Dari fosil-fosil manusia yang ditemukan, terdapat berbagai jenis manusia purba di Indonesia.
Disamping ditemukan fosil-fosil dari berbagai manusia purba, terdapat pula peninggalan peralatan yang dipakai pada masa kehidupan manusia tersebut.
3. Tempat-tempat Penemuan dan Jenis Manusia Purba
a. Antara tahun 1936 -1941 Von Koeningswald menemukan fosil-fosil manusia di daerah Sangiran, Surakarta Jawa Tengah. Fosil yang diketemukan adalah gigi geraham kanan dan kiri. Setelah diteliti oleh Von Konisgwald, fosil itu berada dari manusia yang tumbuh besar, tetapi tidak tinggi. Fosil manusia tersebut dinamakan Menganthropus Paleajavanicus.
b. Pada tahun 1890 Dr. E. Dubois menemukan fosil dan artefak di desa Trinil Kabupaten Nagawi Jawa Timur. Fosil dan artefak yang ditemukan berupa tulang tengkorak, tulang rahang, tulang belakang. Artefak yang dijumpai juga terdapat dari batu. Oleh Dr. E. Dubois, fosil-fosil manusia yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang rahang dantulang belakang direkonstruksikan kembali. Dari hasi rekonstruksi itu terbentuklah kerangka manusia yang mirip kera. Oleh karena itu dinamakan Pithekantropus Erectus berasal dari:
- Pithekas berarti kera
- Anthropus berarti manusia
- Erectus berarti berdiri.
Manusia purba yang sejenis dengan Pithecanthropus Erectus adalah Pithecanthropus Erectus Mojokertensi yang ditemukan fosilnya oleh Von Koeningswald, di Mojokerto Jawa Timur pada tahun 1936 sedangkan di Trinil pada tahun 1939 dan dinamakan Pithecanthropus Robustus.
Di desa Nangdong di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo (Ngandong) dan di desa Wajak Kabupaten Tulung Agung dijumpai fosil-fosil manusia. Fosil manusia itu berbentuk tulang rahang bawah dari hasil penelitian Von Koeningswald dan Dr. E. Dubois makhluk itu tingkat hidupnya lebih tinggi dari Pithecanthropus Eretus. Fosil yang dijumpai di Ngandong di daerah Solo dinamakan Homo Soloensis. Sedangkan fosil yang ditemukan oleh Dr. E. Dubois di daerah Wajak Tulung Agung dinamakan Homo Wajakensis yang berarti manusia dari Wajak.
Warga belajar dan siswa--sekalian, berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup di bumi kita ini, Lapisan bumi pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lapisan atas, lapisan tengah dan lapisan bawah. Manusia mulai hidup pada lapisan atas bersama-sama dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Makhluk hidup tersebut mula-mula memiliki bentuk yang tidak sama dengan sekarang. Semuanya mengalami perubahan dari bentuk sederhana hingga bentuk yang sempurna. Para ahli menyatakan bahwa makhluk hidup di dunia berasal dari satu keturunan. Dari binatang bersel satu, sampai binatang yang bertulang belakang seperti reptil, binatang menyusui dan kera. Demikian pula jenis makhluk yang mempergunakan kecerdasan dan akal pikiran yaitu manusia. Tinjauan ini dilihat dari ilmu pengetahuan dan bukan dari segi agama.
Hingga saat ini masih ada yang berpendapat bahwa manusia purba yang terakhir Homo Sapiens, karena dianggap makhluk manusia yang terakhir yang tertinggi pertumbuhannya bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk sebelumnya. Perhatikan tabel lapisan bumi di bawah ini:
LAPISAN
|
WAKTU
|
KEHIDUPAN
|
Lapisan
Atas
|
140
juta tahun s.d 20 juta tahun S.M
|
Manusia
Perkembangan
Manusia
Tumbuh-tumbuhan
berbunga
Burung
pertama
Binatang reptil
|
Lapisan
Tengah
|
140
juta tahun s.d 250 juta tahun S.M
|
Ampibi
besar
Reptil
pertama
Ampibi
Ikan
|
Lapisan
Bawah
|
340
Juta tahun s.d 250 juta tahun S.M
|
Tanda-tanda
kehidupan pertama
Tidak ada
tanda-tanda kehidupan
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa manusia ada pada tahun 140 juta dengan 20 juta tahun sebelum Masehi. Keberadaan manusia pertama setelah adanya binatang dan tumbuh-tumbuhan di bumi ini.
2. Fosil dan Artefak Manusia Purba
Peninggalan manusia purba secara tertulis sedikit yang sampai pada kita. Untuk mengetahui keadaan manusia purba hanya dapat diperoleh dari peninggalan yang berupa tengkorak, tulang-tulangm dan alat-alat yang dipergunakan oleh manusia purba atau disebut artefak. Tengkorak, tulang-tulang dan alat-alat diperoleh dan penggalan yang dilakukan oleh para ahli antropologi. Hasil penggalian berupa tumbuh-tumbuhan, tulang hewan dan manusia yang sudah membatu dinamakan fosil.
Artefak dan fosil itulah yang memberikan petunjuk kehidupan dan jenis manusia purba. Dari fosil-fosil manusia yang ditemukan, terdapat berbagai jenis manusia purba di Indonesia.
Disamping ditemukan fosil-fosil dari berbagai manusia purba, terdapat pula peninggalan peralatan yang dipakai pada masa kehidupan manusia tersebut.
3. Tempat-tempat Penemuan dan Jenis Manusia Purba
a. Antara tahun 1936 -1941 Von Koeningswald menemukan fosil-fosil manusia di daerah Sangiran, Surakarta Jawa Tengah. Fosil yang diketemukan adalah gigi geraham kanan dan kiri. Setelah diteliti oleh Von Konisgwald, fosil itu berada dari manusia yang tumbuh besar, tetapi tidak tinggi. Fosil manusia tersebut dinamakan Menganthropus Paleajavanicus.
b. Pada tahun 1890 Dr. E. Dubois menemukan fosil dan artefak di desa Trinil Kabupaten Nagawi Jawa Timur. Fosil dan artefak yang ditemukan berupa tulang tengkorak, tulang rahang, tulang belakang. Artefak yang dijumpai juga terdapat dari batu. Oleh Dr. E. Dubois, fosil-fosil manusia yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang rahang dantulang belakang direkonstruksikan kembali. Dari hasi rekonstruksi itu terbentuklah kerangka manusia yang mirip kera. Oleh karena itu dinamakan Pithekantropus Erectus berasal dari:
- Pithekas berarti kera
- Anthropus berarti manusia
- Erectus berarti berdiri.
Manusia purba yang sejenis dengan Pithecanthropus Erectus adalah Pithecanthropus Erectus Mojokertensi yang ditemukan fosilnya oleh Von Koeningswald, di Mojokerto Jawa Timur pada tahun 1936 sedangkan di Trinil pada tahun 1939 dan dinamakan Pithecanthropus Robustus.
Di desa Nangdong di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo (Ngandong) dan di desa Wajak Kabupaten Tulung Agung dijumpai fosil-fosil manusia. Fosil manusia itu berbentuk tulang rahang bawah dari hasil penelitian Von Koeningswald dan Dr. E. Dubois makhluk itu tingkat hidupnya lebih tinggi dari Pithecanthropus Eretus. Fosil yang dijumpai di Ngandong di daerah Solo dinamakan Homo Soloensis. Sedangkan fosil yang ditemukan oleh Dr. E. Dubois di daerah Wajak Tulung Agung dinamakan Homo Wajakensis yang berarti manusia dari Wajak.
Gambar tengkorak Pithecanthropus Mojokertensis |
4. Kehidupan Masing-masing Manusia Purba
Di samping ditemukannya fosil-fosil manusia purba juga ditemukan peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Alat-alat tersebut dipergunakan untuk berburu dan keperluan alat rumah tangga. Dari peralatan yang dijumpai di Wajak dan Ngandong. Homo Sapiens dan Homo Wajakensis bila hendak makan maka makanannya dimasak terlebih dahulu dengan cara dibakar. Ini berarti manusia tersebut sudah mulai mengenai kesehatan. Sebelum dimakan makanan itu dibakar.
Dari Artefak-artefak atau peralatan yang dijumpai, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia Pithecanthropus Erectus sudah mengenal alat-alat yang dipergunakan untuk membela diri dan berburu. Pithecanthropus Erectus hidup antara tahun 2,5 - 1,5 juta tahun yang lalu. Manusia Pithecanthropus Erectus yang sejenis di luar negeri dijumpai di RRC (Cina) yaitu di gua Chaukonting Peking yang dinamakan Sinanthropus Pekinensis. Kehidupan mereka dari mengumpulkan makan terutama tumbuh-tumbuhan.
Dari penemuan fosil-fosil manusia purba beserta artefak-artefaknya di berbagai daerah di Indonesia, menunjukan bahwa di Indonesia telah hidup berbagai jenis manusia purba. Ini merupakan suatu keberuntungan bagi bangsa Indonesia. Karena selain menjadi tempat penemuan manusia purba yang jarang dijumpai di dunia. Oleh karena itu dalam rangka melestarikan hasil budaya atau peninggalan prasejarah hendaknya melaporkan kepada Lurah atau Camat.
Kata-Kata Penting :
Fosil : Sisa-sisa kehidupan di Zaman lampau yang ditemukan dalam keadaan membatu di lapisan tanah. Dapat berbentuk sisa-sisa hewal, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan, kayu, maupun tulang manusia.
Artefak : Alat-alat yang dipergunakan manusia untuk mempertahankan diri, berburu dan alat rumah tangga. Artefak terbutat dari batu atau tulang
Flakes : Artefak yang terbuat dari tulang
Ampibi : Binatang yang dapat hidup di darat dan di air.
Antropologi : Ilmu pengetahuan tentang manusia, mengenai asalnya, perkembangannya, jenisnya, dan kebudayaannya.
Raptil : Binatang melata yang hidup di bumi.
Demikianlah warga belajar sekalian, tentang jenis-jenis manusia purba, semoga bermanfaat, terimakasih.
Sumber : Buku modul IPS Sejarah, Paket B kelas VII, Dirjen Diklusepa tahun 2011.
JENIS-JENIS MANUSIA PURBA
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
March 19, 2015