Home » All posts
Pengajaran adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menanamkan suatu pelajaran kepada siswa dengan melibatkan unsur-unsur dan komponen yang berhubungan dengan suatu proses pembelajaran. Pengajaran merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran, yang terjadi baik di sekolah maupun pada suatu lingkungan tertentu secara sengaja diarahkan pada kegiatan belajar mengajar.
Dimyati dan Mudjiono (1999 : 1-9) menguraikan tentang pembelajaran yaitu :
Pembelajaran adalah suatu proses baik awal maupun akhir dengan tindak kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran mempunyai program yang disusun sedemikian rupa. Pembelajaran juga mempunyai tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang sistematis yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dan siswa di sekolah.
Akhmad Solihin
February 24, 2014
CB Blogger
IndonesiaDimyati dan Mudjiono (1999 : 1-9) menguraikan tentang pembelajaran yaitu :
Pembelajaran adalah suatu proses baik awal maupun akhir dengan tindak kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran mempunyai program yang disusun sedemikian rupa. Pembelajaran juga mempunyai tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang sistematis yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan guru dan siswa di sekolah.

TEKNIK DAN LANGKAH-LANGKAH PENGAJARAN PUISI
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 24, 2014
Motivation refers to the factors that
energize and direct behavior. Attempts to explain motivated acts have had
various emphases:
a.
Instinct theory postulates innate pre
dispositions to specific action.
b.
Drive-reduction theory bases
motivation on bodily needs that create a state of tension or drive;
c.
Incentive theory emphasizes the
importance of external conditions as a source of motivation.
Motivasi mengacu kepada faktor-faktor
yang menggerakkan dan mengarahkan
tingkah laku. Untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang mempunyai penekanan yang
beragam:
a. Teori insting memberikan postulat sebagai pembawaan
lahir sebelum adanya kecenderungan pada tindakan khusus.
b. Teori pengurangan gerak menilai motivasi sebagai
kebutuhan-kebutuhan yang menciptakan ketegangan atau arahan.
c. Teori insentif menekankan pada pentingnya
kondisi-kondisi eksternal sebagai sumber motivasi.
Sedangkan menurut Purwanto (1996:71), mengatakan motivasi
berprestasi adalah “pendorong”, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga tercapai hasil atau tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi mengandung beberapa komponen antara lain: menggerakkan,
mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia.
a. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada diri
individu
b. Motivasi juga mengarah atau menyalurkan tingkah laku
individu yang diarahkan terhadap sesuatu tujuan.
c. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku dan lingkungan
sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dari
kekuatan-kekuatan individu.
Sejalan dengan itu pula menurut McDonald (Hamalik,
2002:173-174), menyatakan motivasi berprestasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya efek atau reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting yaitu:
a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut
perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut pada kegiatan fisik
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan
afeksi dan emosi yang dapat menimbulkan
tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong oleh
adanya unsur lain, dalam hal in tujuan.
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam
diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu (Suryabrata, 2001:70). Menurut Davies (1991:214), motivasi
adalah kekuatan tersembunyi dalam diri kita, yang mendurung untuk berkelakuan
dan bertindak dengan cara yang khas. Kekuatan itu dapat berpangkal pada nurani
dapat pula berpangkal pada suatu keputusan rasional, namun lebih sering hal
tersebut merupakan perpaduan dari kedua
proses tersebut.
Menurut Notowijoyo dan
Moesa (Astuti, 1996), mengatakan ada beberapa peran penting dari
motivasi dalam belajar antara lain dalam melakukan hal-hal yang dijadikan
penguat belajar. Peran motivasi dalam belajar dapat dijelaskan sebagai berikut
:
1. Motivasi menentukan penguat belajar artinya sebagai
penggerak yang memberikan kekuatan pada seseorang untuk melaksanakan suatu
perbuatan dalam usaha mencapai tujuan.
2. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar
yang berarti memiliki perbuatan yang harus dilaksanakan sehingga perbuatan yang
dipilih benar-benar dalam usaha mencapai tujuan.
3. Motivasi menentukan ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar, yaitu mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam belajar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat
diketahui bagaimana fungsi motivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut
Cecco (Abror,1993:115) mengemukakan
empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu :
a. Fungsi membangkitkan.
Dalam pendidikan diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa
yang diusahakan oleh guru untuk mengikut sertakan siswa dalam belajar.
b. Fungsi harapan.
Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan kebberhasilan
atau kegagalan siswa dalam mencapai tujuan instruksional. Ia menghendaki agar
guru menguraikan secara kongrit kepada siswa apa yang harus ia lakukan
(kapasitasnya yang baru) setelah berakhirnya pelajaran.
c. Fungsi insentif. Fungsi ini menghendaki agar guru
memberikan hadiah kepafa siswa yang berprestasi dengan cara seperti mendorong
usaha yang lebih lanjut dalam mengajar
tujuan instruksional.
d. Fungsi disiplin. Fungsi ini menghendaki agar guru
mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.
Hukuman menunjukan kepada sesuatu perangsang yang ingin siswa hindari atau
berusaha menghindari diri. Kombinasi hukuman dan hadiah yang mendalam sebagai
teknik disiplin disebut restitusi.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan tenaga penggerak, pendorong,
pengganti tenaga yang berasal dari dalam diri seseorang untuk tujuan belajar,
yaitu perubahan tingkah laku. Intensitas motivasi seseorang akan sangat
menentukan tingkat pencapaian perolehan hasil belajar.Sumber: Disarikan dari berbagai Sumber!! Akhmad Solihin February 24, 2014 CB Blogger Indonesia

PENGERTIAN MOTIVASI BERPRESTASI
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 24, 2014
1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran
Menurut Djahiri (1995 :19), pendekatan adalah cara pandang seseorang terhadap sesuatu yang menjadi landasan untuk tindakan selanjutnya. Diantara pendekatan-pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran IPS antara lain :
a. Pendekatan terpisah
Dengan pendekatan terpisah bahan pelajaran diorganisir murni berdasarkan ilmu yang bersangkutan tanpa mempertautkan atau memfokuskan dengan cabang ilmu lainnya. Semua masalah atau topik hanya disoroti dan diisi menurut yang ada dalam cabang ilmu tertentu saja. Pendekatan pembelajaran yang demikian kurang cocok dengan sifat karakteristik dan misi IPS yang antara lain sebagai ilmu yang akan mengantarkan siswa kearah maupun melakukan interaksi sosial.
b. Pendekatan terpadu (integratif)
Dengan pendekatan terpadu suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau suatu topik diorganisir bahannya dari berbagai cabang ilmu sosial secara terpadu. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk mengaitkan suatu pokok bahasan lain dalam bidang studi itu. Dengan demikian siswa akan mendapat gambaran keterpaduan dalam memproses perolehan hasil belajar. Sekarang ini, para ahli Ilmu Pengetahuan Sosial dan penentu kebijakan pendidikan, umumnya sependapat bahwa pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terpadu, dengan beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar seperti yang dikemukakan oleh Hamalik, (1992: 14) yaitu :
- Manusia tidak pernah dan tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah sosial. Setiap masyarakat perlu memiliki kemampuan terpadu tentang cara memecahkannya. Untuk itu pendekatan terpadu merupakan cara yang cocok untuk mengatasinya.
- Pendekatan terpadu lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
- Sekolah dan masyarakat adalah dua institusi yang sangat berdekatan, bahkan terintegrasi satu sama lainnya. Karena institusi ini tidak dapat melepaskan diri secara tegas, karena itu masalah-masalah sosial dalam masyarakat sudah tentu harus mendapat perhatian sepantasnya dari sekolah, dan demikian sebaliknya. Ini berarti peserta didik tidak mungkin pula dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat dan berbagai masalah yang dihadapi. Karena itu sejak dari awal mereka sudah harus didik dan dilatih tentang bagaimana cara berhadapan dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.
- Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, penciptaan kondisi belajar yang sesuai dengan sipat-sipat kemanusiaan dan ligkungan sisoal sekolah dan pemikiran-pemikiran inovatif lainnya, mendorong para ahli IPS lebih berkenaan dengan pendekartan terpadu.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS akan berjalan secara efektif apabila digunakan pendekatan terpadu, karena dengan pembelajaran terpadu akan menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak, membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuat keputusan.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Menurut Collins dan Dixon (1991) bahwa pembelajaran terpadu adalah kegiatan yang berlangsung secara nyata dan penyelidikan topik diarahkan untuk menguat kurikulum. Selanjutnya Hamalik (1990: 22) mengemukakan bahwa pendekatan terpadu bertitik tolak dari suatu keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian melainkan suatu totalitas yang memilki makna tersendiri. Bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu stuktur tertentu.
Istilah terpadu menurut Nasution (1989:40), dikaitkan dengan kurikulum terpadu, bahwa pembelajaran dengan pendekatan terpadu adalah pembelajaran dengan meniadakan batas-batas berbagai mata pelajaran dalam bentuk unit-unit atau keseluruhan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara nyata, yang mengembangkan proses berpikir pembelajar sehingga terasa bermaknanya bagi kehidupan. Di dalam pembelajaran terpadu meniadakan batas-batas berbagai mata pelajaran. Penggabungan berbagai mata pelajaran itu diikat dalam topik yang berkaitan dengan kehidupan nyata pembelajar.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Kedua kegiatan tersebut terpadu dalam suatu kegiatan yang disebut interaksi belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Pada pembelajaran IPS siswa tidak hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi IPS yang diajarkan kepadanya, melainkan mereka harus memperlakukan sebagai subyek yang menjalani proses belajar IPS secara aktif.
Salah satu cara untuk meningkatkan terjadinya pembelajaran terpadu dengan melalui unit tematik. Unit tematik merupakan serangkaian tema-tema yang digunakan sebagai topik dalam proses pembelajaran. Dengan pengambilan tema pokok yang menarik, yang sering terjadi di masyarakat, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna (Susetyo, 1998:35).
Pendekatan terpadu sebagai suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Berkaitan dengan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ada beberapa aspek yang patut dipertimbangkan oleh guru dalam mengoptimalkan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yang mengarah kepada terwujudnya keterpaduan pembelajaran.
- Aspek-aspek perkembangan peserta didik yaitu aspek fisik, intelektual, pribadi, sosial, emosional dan moral.
- Kesiapan guru sebagai penterjemah dan perancang kurikulum.
- Iklim belajar bergeser dari instruksional ke transaksional.
a.Pembelajaran yang beranjak dari satu tema terutama sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lain.
b.Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling siswa dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c.Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
d.Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsif keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, dan keterampilan, unit terdapat beberapa cara merencanakan pembelajaran terpadu diantaranya yang relevan dengan pembelajaran IPS, menurut Robin Forgaty (Gafur, 2001), adalah sebagai berikut :
1. Tersarang (Nested) yaitu di dalam mempelajari suatu bidang studi, ditargetkan penguasaan multi keahlian. Misalnya dalam mengajar IPS, ditargetkan dikuasai keterampilan sosial, keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial dan penguasaan materinya sendiri.
2. Terjalin (Shared) yaitu dua atau lebih mata pelajaran yang memiliki ketumpangtindihan konsep dan keterampilan. Perencanaan dan pengajaran bersama terhadap dua atau lebih mata pelajaran yang memiliki konsep dan keterampilan yang tumpang tindih. Contoh guru Matematika dan IPA membentuk Tim Teaching untuk mengajar konsep dan teknik pengumpulan data, pembuatan bagai atau grafik.
3. Connected dilandasi anggapan bahwa beberapa materi pelajaran disusun secara berhubungan antara topik satu dengan topik yang lain, antara konsep yang satu dengan konsep yang lain atau antara materi semester satu dengan semester berikutnya. Misalnya, guru secara sengaja memadukan subpokok bahasan lapangan pekerjaan, dan koperasi lalu menghubungkan konsep interaksi, kerjasama, keadilan atau kebudayaan.
4.Sequenced yaitu topik atau unit-unit pelajaran disusun dan dituntut sejalan dengan susunan atau urutan mata pelajaran yang lain.
5.Webbed Yaitu menggunakan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan beberapa materi pelajaran dalam bentuk jala atau jaring. Tema sebagai ide sentral dijadikan sebagai penyajian isi pembelajaran, baik secara interdisipliner maupun antar disiplin. Misalnya tema transportasi, jaring sub tema yang berhubungan dengan transportasi misalnya alat, sarana permesinan kendaraan (teknik), biaya (ekonomi), perkembangan alat angkut (sejarah), kebersihan lingkungan (ekologi) dan peraturan lalu lintas (hukum).
6. Integrated yaitu memadukan beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berisikan topik atau konsep untuk diajarkan bersama dalam bentuk tim teaching . Pendekatan ini diusahakan dengan menggabungkan matapelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan dan menemukan keterampilan, konsep yang tumpang tindih di dalam mara pelajaran. Berbeda dengan webbed yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam integrated tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan yang dipilih guru dalam tahap perencanaan program. Misalnya mengajar secara terintegrasi pelajaran matematika, IPA, IPS, Seni rupa, Seni sastra, Seni drama, dsb.
7. Networked yaitu pemyajian materi pelajaran dengan jalan menciptakan jaringan atau bidang studi atau keterampilan sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
Berdasarkan beberapa model pembelajaran terpadu, yang akan dikembangkan di Sekolah Dasar adalah model connected, webbed dan integrated. Untuk mencapai keterpaduan, guru bisa berangkat dari kegiatan menganalisis kurikulum. Guru menganalisis kurikulum yang ada, membuat peta konsep dan menemukan tema berdasarkan konsep-konsep yang saling tumpang tindih. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis guru menyusun program pembelajaran terpadu.
Dipihak lain, guru juga dapat melaksanakan pembelajaran terpadu dengan cara menetapkan tema terlebih dahulu, kemudian berdasarkan tema tersebut dipilihlah kegiatan belajar mengajar yang memadukan mata pelajaran-mata pelajaran terkait.
Di dalam prakteknya, pendekatan terpadu yang dikembangkan oleh guru tidak hanya satu dimensi. Pendekatan terpadu ada kalanya terjadi secara spontan, ada kalanya juga terjadi melalui proses perencanaan yang matang. Ada pendekatan terpadu spontan yang memadukan dua mata pelajaran secara utuh. Ada pula pendekatan terpadu terencana didasarkan atas suatu tema tertentu, dan dilaksanakan setiap periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini pendekatan terpadu yang diterapkan adalah pembelajaran terpadu secara spontan dengan menggunakan model webbed dan connected.
3. Pendekatan Pembelajaran Monolitik
Hasan, (1996: 26), Istilah monolitik diartikan sebagai pendekatan terpisah yaitu pendekatan dimana setiap disiplin dalam ilmu-ilmu sosial dijarkan secara terpisah.
Berdasarakan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran monolitik adalah sistem pembelajaran yang terpusat pada guru, dalam mengajar atau memberikan pelajaran antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain disajikan secara terpisah, tidak ada usaha untuk menciptakan iklim belajar yang membuat siswa aktif, inovatif dan kreatif.
Menurut Nasution (1989: 50), mengatakan bahwa pendekatan monolitik dapat juga diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan pengelompokan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum yang pelaksanaannya disajikan dalam mata pelajaran terpisah-pisah, yang satu terpisah dengan yang lain.
Jadi perbedaan pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu dan pendekatan monolitik terletak pada peran guru dalam menyajikan materi pembelajaran dan dalam mengelola proses pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana belajar yang lebih melibatkan siswa secara aktif dalam melatih berpikir logis, kritis dan analistis serta mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik.
Sumber: Dari Berbagai sumber!!

CARA PENDEKATAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IPS
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 23, 2014
Berdasarkan data United Nations Development Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks 0,67 persen. Sedangkan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh lebih tinggi yaitu 0,83 persen dan 0,86 persen.Hal ini juga terjadi pada pada Indeks tingkat pendidikan tinggi Indonesia juga dinilai masih rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen. Sumber
Penyebab rendahnya kualitas pendidikan ada bermacam-macam yang secara garis besar dapat dirangkum dalam tiga hal yaitu Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan pendidikan, kurangnya efisiensi dalam pengajaran, standarisasi yang kurang bermutu, dan Inovasi Pendidikan yang kurang berkembang. Untuk lebih jelasnya dalam dilihat pada uraian berikut ini:
1. Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan pendidikan
1. Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan pada pelaksanaan pendidikan yang efektif dan tepat sasaran. Pendidikan yang efektif bertujuan agar para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Untuk menciptakan itu, haruslah suatu sekolah atau lembaga mempunyai tenaga pengajar yang baik pula agar dapat memproduksi siswa-siswa yang diinginkan. Dengan tenaga pengajar yang demikian, mereka dapat dituntut untuk meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran agar pelajaran tersebut dapat berguna. Faktanya banyak terjadi disekolah-sekolah pelaksanaan pendidikan hanya sebagai formalitas belaka, di sekolah ada sebagian guru yang datang ke sekolah hanya memberikan tugas atau catatan setelah itu meninggalkan kelas tanpa ada penjelasan lagi dari pelajaran tersebut dan ketika bel berbunyi guru baru kembali kekelas hanya untuk mengumpulkan tugas. Banyak waktu untuk kegiatan pembelajaran habis terbuang percuma, karena banyak siswa yang ditinggal guru akan bermain-main atau meninggalkan kelas juga, ini banyak terjadi pada siswa kelas tingkat bawah, sedangkan siswa tingkat atas baru merasakan pembelajaran yang efektif ketika akan menghadapi ujian yang sudah hampir mendekat.
2. Kurangnya efisiensi dalam pengajaran
Secara mendasar efisiensi dan efektifitas itu saling berhubungan dimana efisiensi itu menghasilkan effektifitas pendidikan. Masalah krusial yang dihadapi Indonesia dalam efisiensi pengajaran adalah mahalnya biaya pendidikan dan menggunakan waktu yang tidak efisien. Jika berbicara tentang mahalnya biaya pendidikan pasti berhubungan dengan dana. Pendidikan itu tidak hanya persoalan memilih tempat untuk sekolah tetapi juga harus memikirkan perlengkapan, ongkos, dsb. Memang sekarang ini biaya pendidikan formal di Indonesia sudah digratiskan sampai jenjang sekolah pertama, tetapi tidak cukup hanya sampai itu saja, karena masih membutuhkan biaya untuk kebutuhan lain seperti membeli buku, seragam, alat tulis dsb. Selain biaya adapun masalah lain yaitu waktu. Persoalan waktu teramat penting seperti selogan "time is money", apabila waktu tidak dipergunakan seefisien mungkin itu akan berakibat fatal seperti kurang efisiennya pendidikan di Indonesia sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang diinginkan.
Permasalahannya disini adalah pendidikan di Indonesia memiliki rentang waktu yang sangat lama dibandingkan negara-negara lain tetapi, hal tersebut tidak efisien, seperti pelaksanaan pada sekolah-sekolah formal, mereka bisa menggunakan waktu hampir 45 jam per minggu atau kegiatan harian yang dimulai dari jam 7.00 sampai dengan 16.00. Sehingga mengakibatkan peserta didik jenuh dan kelelahan dan tidak mempunyai waktu untuk kegiatan pengembangan diri lainnya. Jika mau mencontoh negara-negara yang program pendidikannya sudah baik seperti Finlandia yang hanya mempunyai jam belajar sedikit tetapi menggunakan waktu seefisien mungkin. Di Finlandia hanya menggunakan waktu 30 jam per minggu untuk melakukan pembelajaran di sekolah formal. Efisiensi terlihat dalam kegiatan pembelajaran sekolah Finlandia yang sangat optimal dalam menggunakan waktu, kegiatan pembelajaran juga didukung dengan ketuntasan belajar yang tinggi. Sekolah di Finlandia tidak ada perbedaan antara sekolah unggulan dengan sekolah biasa, semua siswa ditempatkan di kelas yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan siswa, jika ada siswa yang belum mahir dengan suatu pelajaran, tenaga pengajar atau guru akan menjelaskan sampai semua siswa mengerti.
3. Standarisasi yang kurang bermutu
Standarisasi menjadi patokan utama bagi guru tenaga pengajar untuk mengajarkan siswa tentang materi yang diajarkan. Dengan adanya standarisasi pengajaran biasanya dapat belangsung dengan tertata. Harusnya setiap tahun standarisasi itu semakin membaik, tetapi kenyataannya Indonesia semakin memburuk. Standarisasi yang dilakukan dengan mengadopsi standarisasi negara lain ternyata sangat tidak cocok, banyak faktor penyebabnya, salah satu perbedaan kemampuan dan kemajemukan penduduk Indonesia. Contoh akibat dari standarisasi kurang bermutu adalah dampak buruk berupa masalah pergeseran pendidikan karakter di Indonesia, sekarang siswa diajarkan untuk tidak jujur, misalnya pada kasus-kasus ujian nasional. Banyak sekolah-sekolah yang mengambil langkah-langkah salah untuk memenuhi patokan nilai terendah, hingga harus menggunakan segala cara "contekan' Kunci jawaban" kepada siswa agar mendapatkan nilai baik. Alhasil, cara ini akan membentuk generasi penerus yang malas dan tidak jujur untuk masa depannya.
4. Inovasi Pendidikan yang kurang berkembang
Seharusnya pendidikan kita belajar dari salah satu Iklan kendaraan bermotor "Inovasi tiada henti". Karena selama ini pendidikan kita berkutat pada persoalan sama dengan pemecahan yang terulang-ulang kembali pada cara yang lama tanpa adanya perbaikan dengan inovasi dan ide-ide kreatif terbaru. Misalnya masalah buku paket sekolah selalu terulang-ulang setiap tahunnya, kita terjebak dalam mekanisme keuntungan sesaat dari segelintir pelaku bisnis. Hingga buku siswa yang hari ini dipakai tahun depan tidak bisa diwariskan lagi untuk siswa adik kelasnya, cetak lagi dan duit lagi. Seharusnya karena jaman sudah berkembang maju dengan teknologi Jaring jelajah jember yang tanpa batas ini, mengapa buku tidak kita ganti saja dengan ebook-e-learning dan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang dapat diakses melalui media internet dan elektronik lainnya. Mungkin buku-buku boleh dicetak tapi hanya buku-buku penunjang yang sifatnya "abadi", seperti ensiklopedi, kamus, atau buku kumpulan rumus-rumus semua disiplin ilmu.
Demikian sekilas tentang penyebab mutu pendidikan Indonesia rendah, ini sebagai sebuah refleksi dan pengalaman dalam mencermati proses penjalanan pendidikan kita, semoga bermanfaat, jika ada kritik dan saran untuk perbaikan mohon disampaikan dalam komentar. terimakasih.

PENYEBAB MUTU PENDIDIKAN INDONESIA RENDAH
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 23, 2014
Dalam perkembangannya, sekarang banyak sekarang laptop atau nootbook yang tidak disertai dengan CD Room. Karena itu menginstal windows XP, Vista, atau Windows 8 dari flashdisk sangat dibutuhkan untuk persiapan jika suatu saat windows mengalami gangguan, kena virus misalnya dan kebetulan kita berada di daerah terpencil... heheh...

CARA INSTAL WINDOWS XP, VISTA, ATAU WINDOWS 8 DARI FLASHDISK
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 22, 2014
Sebelum kita mengetahui bagaimana cara meningkatkan keterampilan membaca dari para siswa atau pelajar ini terlebih dahulu kita ketahui pengertian dan pemahaman dari membaca.
Membaca menurut Tarigan (1987: 7-8) adalah suatu proses untuk memahami yang tersirat dan tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Selanjutnya menurut Tampubolon (1990: 41), membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Dikatakan kegiatan fisik karena melibatkan kerja mata, dan dikatakan kegiatan mental karena menuntut kerja pikiran untuk memahami yang tertulis. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

CARA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PELAJAR
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 22, 2014
Sejarah Istilah Sosiologi
Pada tahun 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 21, 2014
Pengertian Sosiologi
Ditinjau secara etimologis, istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu Socius dan Logos. Socius berarti teman sebaya atau kawan. Manusia hidup tidak hanya mempunyai satu kawan, namun banyak kawan, hubungan antarkawan dapat diartikan pula sebagai pergaulan hidup. Logos, artinya kata atau berbidara.

PENGERTIAN SOSIOLOGI
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
February 21, 2014