KONSEP PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR TEMATIK DALAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)

Konsep

PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR TEMATIK

 

Tema-tema umum yang menjadi tema penggerak (generative themes), atau diistilahkan dengan tematik, awalnya dikembangkan oleh Paulo Freire yang berbasis pada pendidikan hadap masalah (problem possinng education) melalui proses penyadaran warga belajar tentang dunia kehidupannya (realita). Sebenarnya bentuk pembelajaran tematik ini berupa penyajian gambar-rambar yang melukiskan situasi kehidupan nyata dalam bentuk simbol atau gambar. Seraya mengamati gambar-gambar atau poster tersebut, warga belajar dirangsang untuk mengenali kenyataan kehidupan mereka dan selanjutnya ditantang untuk merefleksikan dan memikirkan kenyataan tersebut (berbasis pada realitas masyarakat).

Dalam proses pembelajarannya, digunakan pula tema-tema umum yang menjadi penggerak (generatitive themes) dan kata-kata kunci (key words) yang diangkat dari masalah kehidupan masyarakat dan mengandung makna langsung bagi kehidupan warga belajar. Kata-lata kunci tersebut, dipilih dari berbagai alternatif kata yang diajukan oleh para warga belajar, kemudian kata-kata yang telah dipilih digunakan sebagai tema belajar untuk memancing pikiran kritis warga belajar, sejak awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan pembelajaran. Alasan digunakannya metode “key words” dan “Generative themes” ini adalah berdasarkan pertimbangan pentingnya menghubungkan baca-tulis dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Inti pembelajaran tematik, adalah untuk mengajak dan menyadarkan warga belajar agar terlibat dalam problematisasi yang dihadapi terus menerus (tetapi kurang disadari), yang sebenarnya mengganggu situasi dan eksistensi mereka. Oleh karena itu, langkah pertama yang mungkin dijalankan adalah mengintegrasikan problem-problem eksistensial kemanusiaan sekaligus kemasyarakatan ke dalam proses pembelajaran Keaksaraan Fungsional. Dengan demikian, WB tidak saja hanya belajar tentang kata-kata (CALISTUNG), tetapi juga  diajak “membaca” dan berfikir tentang dunia realitasnya. Artinya pula, proses pembelajaran KF tidak sekedar mengenal kata-kata, tetapi juga membaca dunia dengan disertai bukti-bukti empirik, sekaligus bagaimana mengkaitkan proses pembelajaran tersebut untuk melakukan tindakan nyata di masyarakat.

Disamping itu, proses pembelajaran keaksaraan menggunakan kedua metode di atas, berisi laku-laku pemahaman (acts of cognition), bukan hanya sekedar pengalihan-pngalihan informasi (tranfer of informatin) belaka. Implikasinya, proses pembelajaran CALISTUNG tidak hanya sekedar pemindahan pengetahuan dengan hafalan (verbalisme), melainkan mengajak warga belajar untuk belajar (learn to learn) dari dunia kehidupannya. Keunggulan dari bahan belajar tematik adalah (1) bahan belajar ini didasarkan pada penggunaan topik-topik yang bermakna bagi kehidupan masyarakat; (2) warga belajar diberi kesempatan untuk memberi masukan terhadap proses dan materi belajar; (3) dimungkinkan adanya variasi kegiatan, bukan sekedar belajar membaca dan menulis; dan (4) warga belajar dapat melihat dan merefleksikan, serta mendiskusikan berbagai masalah kehidupan yang mereka alami.

Upaya tutor dalam mencari, menemukan, memilih dan menetapkan tema-tema belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran itulah yang disebut Pembelajaran Tematik. Sedangkan penyusunan bahan ajar adalah suatu upaya merumuskan atau merancang materi dan alat yang akan disajikan dalam proses pembelajaran berdasarkan tema-tema yang telah ditetapkan. Pemilihan tema dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran partisipatif dapat dimulai pada saat tutor berhadapan dengan warga belajar dalam kelompok belajar. Oleh sebab itu sebelum memulai proses pembelajaran kesiapan tutor amat diperlukan agar hasil dan dampak belajar dapat dicapai secara optimal.

Setiap warga belajar memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda dengan warga belajar lainnya. Perbedaan dapat dilihat pula dari lingkungannya seperti desa, kota, daerah pantai, pegunungan dan daerah terpencil.  Ada warga belajar yang lebih berminat untuk mempelajari bidang pertanian dibandingkan dengan perdagangan. Terdapat pula warga belajar yang tertarik pada bidang perdagangan dari pada bidang seni. Oleh karena itu dituntut kemampuan tutor untuk dapat memilih tema pembelajaran yang sesuai  dengan minat dan kebutuhan warga belajar, dan dapat menyusun bahan belajar sesuai dengan tema yang dipilih. Situasi belajar yang terjadi pada saat tutor melakukan pembelajaran juga dapat menentukan pemilihan tema. Perumusan tema dan bahan ajar bertujuan agar proses pembelajaran memperoleh hasil belajar yang maksimal bagi warga belajar. Tugas tutor adalah memilih tema dan menyusun bahan ajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhan warga belajar, bukan ditekankan pada kemauan tutor.

 

Petunjuk Penerapan Bahan Belajar Tematik

Adapun tahap pembelajaran keaksaraan dengan menggunakan bahan belajar tematik adalah sebagai berikut:

1.      Tutor menyampaikan dan memperkenalkan berbagai masalah kehidupan sehari-hari, melalui penyajian cerita dan penggunaan berbagai media belajar.

2.      Tutor bersama warga belajar mendiskusikan masalah dan berbagai gagasan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi warga belajar.

3.      Bersama-sama mencari dan mendiskusikan beberapa kata kunci yang berhubungan dengan masalah dan gagasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari warga belajar.

4.      WB belajar dan berlatih menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh WB untuk memperluas/mengkaitkan dengan kata-kata baru.

5.      Setelah WB memahami (dapat membaca dan menulis) kata kunci tersebut, kemudian diurai menjadi suku-kata, dan mengurai suku kata menjadi huruf. Kemudian huruf/suku kata tersebut dirangkai menjadi kata kunci baru yang bermakna bagi WB.

6.      WB merangkai kata-kata dalam suatu kalimat yang lengkap.

7.      WB bersama tutor membuat satu tulisan lengkap, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi warga belajar.




10C

SISTIM DUKUNGAN#1

Pengembangan Bahan Belajar Tematik

Tujuan:

@ Peserta dapat memahami konsep pengembangan bahan belajar tematik dan langkah-langkah penyusunannya.

@ Peserta dapat menyusun bahan belajar tematik yang sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta permasalahan yang dihadapi warga belajar dan masyarakat lingkungannya.

Konsep Pokok:

Tema pembelajaran yang disajikan tutor dalam proses pembelajaran Keaksaraan Fungsional tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses penggalian minat dan kebutuhan, pengalaman, pemilihan dan keputusan bersama di kelompok belajar. Upaya tutor dalam mencari, menemukan, memilih dan menetapkan tema-tema belajar, yang dilakukan dalam proses pembelajaran itulah yang disebut bahan belajar Tematik. Bahan belajar tematik adalah suatu sarana/media.bahan yang berisi cakupan materi dari suatu bahasan materi yang terkait dengan masalah, dan kebutuhan lokal yang dijadikan tema atau judul dan akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelompok belajar.

Metodologi:

Ceramah, Diskusi dan Praktek (45 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:

1.      Menjelaskan konsep pokok, pengertian, tujuan pengembangan bahan belajar tematik

2.      Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan belajar tematik

3.      Membagi peserta dalam kelompok kecil untuk praktek menyusun bahan belajar tematik

4.      Presentasi tiap kelompok dan tanya jawab tentang bahan belajar tematik (kelebihan dan kekurangannya)

5.      Kesimpulan dan klarifikasi

Aplikasi di Kelompok Belajar:

Diskusi tentang penerapan bahan belajar tematik dalam proses pembelajaran di kelompok belajar.            

Bahan Pelatihan:

ü  Pedoman Penyusunan Bahan Ajar Tematik

ü  Prinsip-prinsip Penggunaan Bahan Belajar Tematik (lihat halaman selanjutnya)

ü  Buku Pedoman Menyusun Bahan Belajar, Penerbit Grasindo 



May 28, 2016

0 comments:

Post a Comment