MENGENAL PERKEMBANGAN GEOSINKLIN DI INDONESIA

Visiuniversal----para siswa dan pelajar sekalian, dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba mengenal perkembangan Geosinklin di Indonesia. Seperti kita ketahui dalam mempelajari geologi sejarah tidak akan terlepas dari pengertian ruang dan waktu. Ruang diartikan sebagai tempat di mana semua peristiwa telah tejadi dan terekam pada ruang tersebut, sedangkan waktu akan meliput kapan dan berapa lama peristiwa tersebut terjadi dan berlangsung.

Sebelum kita membahas lebih jauh. Marilah kita ingat kembali terlebih dahulu teori dan pengertian Geosinklin seperti yang pernah kita uraikan dalam pembahasan sebelumnya. 


Secara mendasar perkembangan geosinklin di Indonesia dapat dilihat mulai dari masa Arkeozoikum, masa paleozoikum yang meliputi zaman Kambrium, Zaman Silur, Zaman Devon, Zaman Perm, Masa Mesozoikum yang meliputi Zaman Trias, Zaman Yura, Zaman Kapur, Masa Kenozoikum yang meliputi Zaman kwarter termasuk di dalamnya Kala Pleistosen dan kala Holosen.




1. Selama Masa Arkeozeikum

Selama masa tersebut Indonesia termasuk dalam benua yang dikenal sebagai daratan Aequinoctia. Di daratan tersebut terdapat cekungan sedimentasi bukan geosinklin dan belum terdapat cekungan sedimentasi geosinklin.


2. Selama Masa Paleozoikum

a. Zaman kambrium
Pada zaman Kambrium pelamparan daratan Aequinoctia mulai berkurang pada saat itulah terbentuk Geosinklin Tasmania di bagian timur Indonesia.

b. Zaman Silur
pada zaman Silur pelamparan daratan Aequinoctia makin berkurang, pembentukan Geosinklin Tasmania semakin meluas bersambung dengan palung Papua.

c. Zaman Devon
Pada zaman Devon pelamparan daratan Aequinoctia makin berkurang, hampir sebagian besar daerah Irian berlaku sebagai geosinklin. Geosinklin Tasmania masih tetap ada sedang di bagian barat Australia perbatasan dengan pulau Timor terbentuk Geosinklin Westralia.

d. Zaman Karbon 
Pada Zaman Karbon geosinklin yang terbentuk pada zaman sebelumnya sudah menghilang. Sebagian dari Irian masing berfungsi sebagai geosinklin. Geosinklin Westralia lenyap sedang daerah antara Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan sebagian menjadi Palung Anambas.

e. Zaman Perm
Pada zaman Permyang merupakan akhir Masa Paleozoikum geosinklin yang sudah ada pada zaman sebelumnya tetap aa hanya pelamparannya yang mengalami perubahan, sedang Palung Anambas yang sekarang berfungsi sebagai geosinklin Danau makin meluas. Pulau-pulau Indonesia lainnya masih merupakan daerah pelamparan daratan Aequinoctia.


3. Selama Masa Mesozoikum

a. Zaman Trias
Pada zaman trias yang perupakan permulaan dari masa Mesozoikum hampir merubah wajah Kepulauan Indonesia. Geosinklin Papua berubah menjadi daratan, Geosinklin Tasmania menyempit, Geosinklin Danau, Geosinklin Westralia mulai berhubungan dengan terbentuknya Geosinklin Timur-Sulawesi yang dikenal pula sebagai Geosinklin Banda.

b. Zaman Yura
Pada zaman Yura terbentuk beberapa geosinklin yang baru. Geosinklin papua yang zaman Trias sudah merupakan daratan sekarang berfungsi kembali sebagai geosinklin dan dikenal sebagai Geosinklin Papua, Geosinklin Westralia, Geosinklin Timor-Sulawesi semakin meluas sehingga masih tetap berhubungan dengan Geosinklin Danau yang kesemuanya berhubungan dengan Geosinklin Himalaya yang munculnya bersamaan dengan Geosinklin Danau. Yang menarik perhatian ialah terbentuknya Geosinklin Sumatra- Jawa yang relatif luas, sehingga mengakibatkan pola geosinklin di Indonesia merubah sangat besar terhadap wajah daratan Indonesia.

c. Zaman Kapur
Pada Zaman kapur timbur geosinklin yang baru antara lain Geosinklin Mariana, Geosinklin Birma. Geosinklin Danau mulai menyempit sedang Geosinklin Sumatra-Jawa, Geosinklin Banda, Geosinklin Papua masih tetap ada dan Geosinklin Tasmania muncul kembali. Pada Zaman inilah tejadi perubahan pola yang relatif lain sama sekali bila dibandingkan dengan zaman sebelumnya.
4. Selama Masa Kenozoikum

a. Zaman Tersier
Zaman tersier yang diawali dengan Kala Eosen Geosnklin Sumtra-Jawa, Geosinklin Papua, Geosinklin Westralia, Geosinklin Banda, Geosinklin Danau, Geosinklin Birma, Geosinklin Mariana masih tetap ada, disamping timbul di bagian utara Geosinklin Philipina.

Pada Kala Oligosen Geosinklin Papua, Geosinklin Sumatra-Jawa, Geosinklin Westralia, Geosinklin Banda, Geosinklin Philipina dan Geosinklin Mariana masih tetap berfungsi dan satu sama lain berhubungan.

Pada Kala Miosen, Geosinklin yang suda ada paka kala Oligoesn masih tetap ada di samping itu Geosinklin Tasmania yang telah hilang pada kala Oligoesn pada Kala Miosen muncul kembali sebagai suatu geosinklin.

Pada Kala Pliosen geosinklin yang sudah ada pada Kala Miosen masih tetap ada, kecuali Geosinklin Tasmania yang lenyap. Terdapat bahwa untuk pertama kalinya daratan Australia terpisah dengan daratan Papua, sedang Geosinklin Birma dan Geosinklin Sumatra-Jawa bersambungan dan dikenal sebagai Geosinklin Birma-Geosnklin Sumatra-Jawa bersambung  dan dikenal sebagai Geosinklin Birma-Sumatra-Jawa.

b. Zaman Kwarter
Pada zaman Kwarter yang diawali dengan Kala Plistosen, pola penyebaran geosinklin di Indonesia bagian barat relatif masih sama dengan pola penyebaran geosinklin pada akhir zaman tersier. Di Indonesia bagian timur, sebelah utara Papua, terbentuklah Geosinklin Carolina, sedang daratan Australia dan daratan Papua kembali lagi besatu membentuk suatu daratan yang luar dan dikenal sebagai Paparan Sahul.

Menjelang akhir kala Plistoesn terjadi peristiwa glasiasi yang hampir melanda sebagian besar dunia, termasuk Indonesia, dan mengakibatkan terbentuknya pola penyebaran kepulauan Indonesia sekarang ini.

Demikianlah tentang perkembangan Geosinklin di Indonesia, semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Geologi Sejarah di Indonesia. Terimakasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini. 



February 28, 2020

0 comments:

Post a Comment