Kegiatan Bermain Musik di Sekolah
Bermain musik itu sangat penting bagi seseorang, karena dapat meningkatkan kemampuan musikal seseorang yang selanjutnya dapat mempengaruhi secara positif bidang kemampuan yang lainnya. Bidang kemampuan yang dapat dipengaruhi secara positif oleh musik ini adalah bidang bahasa, komunikasi, fisik, emosi, esetetika, sosial , kognitif dan science.
Teori Multiple Intelligences yang dikembangkan Gardner pada tahun 1980-an, memperkuat pendapat bahwa seni khususnya musik ini mempunyai fungsi dan pengaruh dalam mengembangkan intelegensi seseorang. Teori ini memberikan wacana yang lebih luas dalam memandang seseorang secara holistik. Secara khusus tentang musik dan sekolah ini, teori multiple intelligences yang dikembangkan Garner ini memberikan perluasan wawasan bahwa manusia memiliki intelegen khususnya intelegen musikal.
Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal. Kemampuan ini, meliputi (1) kemampuan mempersepsi bentuk musikal, seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada, (2) kemampuan membedakan bentuk musikal, seperti membedakan dan membandingkan ciri musikal bunyi, suara, dan alat musik, (3) kemampuan mengubah bentuk musikal, seperti mencipta dan memversikan musik, dan (4) kemampuan mengekspresikan bentuk musikal, seperti menyanyi, bersenandung, dan bersiul-siul. Hal ini berarti, kecerdasan musikal meliputi kemampuan mempersepsi dan memahami, mencipta, dan menyajikan bentuk-bentuk musikal (Armstrong, 2003).
Seseorang siswa di sekolah yang menonjol dalam perkembangan musik akan peka terhadap suara-suara di sekelilingnya, termasuk suara dari alat musik dan suara orang yang sangat mungkin tidak diperhatikan oleh anak sebaya lainnya. Seseorang yang mempunyai kepekaan tinggi ini suatu ketika terlihat sedih apabila tanpa musik. Mereka lalu bersenandung untuk memecah keheningan yang terjadi.
Tujuan kegiatan seni musik di sekolah bukanlah membuat anak mampu menghasilkan keterampilan khusus dalam bermusik, tetapi lebih pada membantu anak untuk mampu mengungkapkan diri melalui seni musik tersebut. Dengan kegiatan bermain musik seorang siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik karena kemampuannya untuk mengungkapkan dirinya menjadi lebih jelas dan terarah.
Demikian tentang pentingnya kegiatan bermain musik di sekolah ini, semoga bermanfaat, Terima kasih.
INILAH PENTINGNYA KEGIATAN BERMAIN MUSIK DI SEKOLAH
Visiuniversal----- Dasar-dasar Filsafat Ilmu Pendidikan--Sebelum sampai pada definisi filsafat ilmu maka terlebih dahulu dideskripsikan pengertian filsafat. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari objek yang dipelajari. Masalah-masalah kemanusiaan utama dalam hidup ini meliputi 3 hubungan penting manusia dalam kehidupannya, yaitu:
- Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan.
- Hubungan manusia dengan keberadaan alam semesta.
- Hubungan manusia dengan keberadaan manusia, baik secara individual maupun kelompok.
Cabang-Cabang filsafat
Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :
Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan.
Selain cabang-cabang utama filsafat di atas, terdapat cabang-cabang filsafat lain yang bersifat khusus. Cabang filsafat khusus itu antara lain adalah: filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat agama, filsafat sosial dan politik, dan filsafat pendidikan.
Filsafat Ilmu
Psillos & Curd (2008) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat dalam ilmu. Dalton dkk. (2007) menjelaskan bahwa filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan ilmiah, dan hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.
Lacey (1996) mengajukan definisi filsafat ilmu sebagai suatu studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu. Studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu itu pada dasarnya mencakup bahasan-bahasan seperti:
Hakekat ilmu.
Tujuan ilmu.
Metode ilmu.
Bagian-bagian ilmu.
Jangkauan ilmu.
Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan yang lain (nilai, etika, moral, kesejahteraan manusia).
Dalam konteks yang bersifat melengkapi, Rudner (1966) mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi yang memiliki fokus pada kajian tentang karakteristik pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Rudner (1966) juga menyatakan bahwa filsafat ilmu pun memiliki bagian-bagian yang berkembang tersendiri berdasar pada objek-objek spesifiknya. Bagian-bagian itu antara lain adalah filsafat ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu-ilmu alam, filsafat ilmu pendidikan, dan filsafat ilmu fisika.
Menurut French & Saatsi (2011) sejarah filsafat ilmu sebagai disiplin yang bersifat mandiri (memiliki jurnal, komunitas ilmiah, dan pertemuan ilmiah) termasuk masih muda dengan usia sekitar 80 tahun. Namun demikian, sebenarnya keberadaan filsafat ilmu telah ada sejak berkembangnya ilmu itu sendiri pada masa Aristoteles yang dapat dianggap sebagai ilmuwan pertama. Filsafat ilmu melakukan penelaahan terhadap isu-isu metode ilmiah, hakekat teori ilmiah dan bagaimana hubungan teori dengan realitas, dan tujuan-tujuan ilmu.
Berdasar berbagai definisi tentang filsafat ilmu yang telah diuraikan kemudian dapat disimpulkan pengertian singkat filsafat ilmu:
Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu (Hanurawan, 2012).
Keterangan: banyak filsuf memberi penekanan filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat pengetahuan (epistemologi) karena filsafat ilmu banyak melakukan kajian tentang salah satu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan keilmuan atau pengetahuan ilmiah.
Dalam filsafat ilmu terdapat pembagian filsafat ilmu menjadi filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus (Psillos & Curd, 2008). Filsafat ilmu umum adalah filsafat ilmu untuk semua ilmu, sedangkan filsafat ilmu secara individual adalah filsafat ilmu tentang ilmu-ilmu tersendiri, seperti filsafat ilmu psikologi, filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tentu saja filsafat ilmu pendidikan.
Filsafat ilmu umum lebih menekankan konsep-konsep filosofis ilmu dan ciri-ciri umum metode ilmiah yang digunakan oleh semua ilmu. Ini berarti dalam filsafat ilmu umum yang menjadi objek telaah adalah semua ilmu. Sedangkan dalam filsafat ilmu khusus lebih menekankan pada telaah konsep-konsep filosofis pada ilmu-ilmu tertentu dan ciri-ciri metode ilmiah yang digunakan oleh ilmu-ilmu khusus (matematika, biologi, ekonomi, psikologi, fisika, dan ilmu pendidikan).
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
Pengertian
Berpijak pada beberapa definisi tentang filsafat ilmu itu maka kemudian dapat dibuat aplikasi pengertian filsafat ilmu dalam bidang pendidikan, yang dapat disebut dengan istilah filsafat ilmu pendidikan. Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
Apabila dilihat secara lebih mendalam, yaitu karena filsafat ilmu pendidikan termasuk cabang dari filsafat maka dapat dikemukakan bahwa dasar-dasar berpikir dalam melakukan perenungan filsafat ilmu pendidikan harus mengacu pada dasar-dasar filsafat yang utama, yaitu dasar metafisika (ontologi), dasar epistemologi, dan dasar aksiologi,
Dasar metafisika ilmu berarti bahwa suatu ilmu pendidikan harus memiliki dasar eksistensi untuk dapat menetapkan realitas dirinya dalam dunia pengetahuan ilmiah secara khusus dan dunia pengetahuan pada umumnya. Keberadaan ilmu pendidikan biasanya dihubungkan dengan pandangan metafisika dan objek utama yang menjadi kajian ilmu. Pandangan metafisika itu misalnya terkait dengan pertanyaan-pertanyaan:
Apakah hakekat keberadaan ilmu itu bersifat monis (satu) di seluruh dunia atau bersifat plural?
Selanjutnya, apabila bersifat monis timbul pertanyaan lanjutan: Apakah hakekat keberadaan ilmu bersifat material atau spiritual?
Selanjutnya, apabila bersifat plural timbul pertanyaan lanjutan: Bagaimana hubungan hakekat keberadaan ilmu yang bersifat material, kejiwaan, dan spiritual?
Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar metafisika yang terkait dengan objek ilmu pendidikan dapat ditemui dalam keberadaan aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan. Aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan itu misalnya dapat ditemui dalam aliran pendidikan behavioristik yang menganut paham monisme materialistik dan aliran pendidikan transpersonal yang cenderung bersifat plural.
Dasar epistemologi ilmu atau dasar filsafat pengetahuan ilmu berarti bahwa suatu ilmu harus memiliki kriteria dasar bagi penentuan suatu pengetahuan dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar epistemologi ilmu terkait dengan objek kajian ilmu pendidikan, metode pemerolehan pengetahuan dalam ilmu pendidikan, batas-batas pengetahuan ilmu pendidikan, dan validitas pengetahuan ilmiah dalam ilmu pendidikan (kriteria kebenaran suatu pengetahuan ilmiah).
Dasar aksiologi ilmu berarti bahwa ilmu harus dapat menetapkan kriteria yang seharusnya ada tentang hubungan antara ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan itu mencakup nilai etika dan nilai keindahan. Dalam ilmu pendidikan, dasar aksiologi terkait dengan penerapan prinsip etika dan estetika dalam penelitian dan praktek ilmu pendidikan.
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Pendidikan
Berdasar dasar-dasar metafisika, epistemologi, dan aksiologi ilmu maka secara umum, ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan suatu ilmu.
Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu.
Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat.
Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu.
Selain tinjauan ruang lingkup yang bersifat umum berdasar cabang-cabang utama yang menjadi dasar landasan ilmu, secara lebih teknis ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu dapat dipilah berdasar topik-topik yang bersifat lebih khusus. Dalam hal ini seperti telah termaktub dalam pendapat Lacey (1996) tentang pengertian filsafat ilmu sebelumnya, maka ruang lingkup filsafat ilmu dapat dipilah menurut topik-topik sebagai berikut:
Hakekat ilmu
Tujuan aktivitas keilmuan
Metode keilmuan
Bagian-bagian ilmu
Jangkauan ilmu
Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan lain di luar ilmu.
Dalam konteks yang hampir sama dengan pendapat Lacey (1996), Earle (1992) secara tersirat mengemukakan bidang-bidang kajian yang menjadi ruang lingkup perenungan filsafat ilmu, yaitu:
Pengertian ilmu
Tujuan ilmu
Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan
Penggolongan ilmu
Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan
Ilmu dan kesejahteraan manusia
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu.
Demikianlah beberapa pemikiran tentang ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu. Apabila diperbandingkan ruang lingkup-ruang lingkup tersebut satu dengan yang lain maka kemudian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya beberapa uraian tentang ruang lingkup itu bersifat saling melengkapi dan memiliki inti yang kurang lebih sama.
Apabila ruang lingkup filsafat ilmu itu diterapkan dalam ilmu pendidikan maka diperoleh rumusan ruang lingkup filsafat ilmu dalam ilmu pendidikan adalah sebagai berikut:
Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan ilmu pendidikan.
Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan
Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu pendidikan dalam kehidupan masyarakat.
Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan
Selain itu, ruang lingkup filsafat ilmu yang diterapkan dalam ilmu pendidikan juga dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut:
Pengertian ilmu pendidikan
Tujuan ilmu pendidikan
Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan
Penggolongan dalam ilmu pendidikan
Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan
Hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan.
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
Pengertian Ilmu
Sebelum sampai pada pengertian ilmu pendidikan maka perlu dideskripsikan terlebih dahulu pengertian ilmu. Marczyk dkk. (2005) mengemukakan definisi ilmu sebagai suatu pendekatan metodologis dan sistematik untuk memperoleh pengetahuan baru. Sprinthall dkk. (1991) mendefinisikan ilmu sebagai suatu pengetahuan yang teorganisir dan sekumpulan teknik sistematik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Definisi ini memberikan penegasan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang bersifat sistematik dan tidak dapat dipisahkan dari metode ilmiah sebagai teknik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Syarat-Syarat Ilmu
Giorgi (1995) menjelaskan bahwa tidak semua ragam pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Suatu jenis pengetahuan dapat memiliki status sebagai pengetahuan ilmiah karena memenuhi empat syarat. Empat syarat itu adalah bahwa pengetahuan itu harus bersifat sistematis, metodis, kritis, dan universal.
Pengetahuan ilmiah bersifat sistematis berarti aspek-aspek berbeda yang menjadi bagian dari suatu pengetahuan memiliki potensi untuk terkait satu dengan yang lain dalam konteks sebuah sistem. Aspek-aspek berbeda yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah tidak merupakan suatu keadaan yang tidak beraturan, melainkan harus menuruti pola dan struktur tertentu.
Pengetahuan ilmiah bersifat kritis berarti bahwa pengetahuan itu terbuka bagi studi lebih lanjut. Dalam konteks ini, suatu pengetahuan ilmiah, misalnya suatu teori atau hukum umum, yang dikembangkan oleh seorang ilmuwan tidak diterima begitu saja tanpa syarat namun ilmuwan lain diperbolehkan untuk menguji atau bahkan melakukan perlawanan terhadap teori itu. Perkembangn sifat kritis dalam dunia ilmiah sangat terbantu oleh kemauan para ilmuwan untuk melakukan sosialisasi teori dalam suatu komunitas ilmiah, sehingga suatu teori akan mendapat kesempatan untuk dikritisi dalam publik yang lebih luas. Sosialisasi itu dapat melalui forum-forum ilmiah, seperti penerbitan berkala atau jurnal ilmiah, buku ilmiah, seminar, dan promosi hasil penelitian.
Pengetahuan ilmiah bersifat metodis berarti bahwa metode atau cara untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara intersubjektif harus tersedia. Hasil karya seorang jenius yang tidak menggunakan metode mungkin saja dapat dinilai sangat mengagumkan, namun hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah karena orang lain secara intersubjektif tidak mungkin untuk melakukan itu lagi dalam cara-cara yang secara relatif kurang lebih serupa.
Pengetahuan ilmiah bersifat universal berarti bahwa hasil-hasil pengetahuan ilmiah memiliki kemampuan untuk diterapkan secara umum pada konteks dan situasi yang kurang lebih sama. Universalitas ini akan menjamin hasil-hasil penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah memiliki kemampuan generalisasi eksternal terhadap konteks dan situasi yang memiliki ciri-ciri sama.
Berdasar uraian tentang hakekat ilmu maka itu berarti bahwa keberadaan ilmu pendidikan sebagai sebuah ilmu pun dapat ditinjau berdasar syarat-syarat yang telah dideskripsikan itu.
Pengertian Ilmu Pendidikan
Pengertian pendidikan yang dapat ditawarkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.
Objek Kajian Ilmu Pendidikan
Ilmu adalah studi yang bersifat sistematis dan intersubjektif tentang suatu fenomena yang memiliki tata aturan tersendiri. Objek-objek utama yang menjadi bidang kajian ilmu pendidikan antara lain adalah:
Belajar, pengajaran, dan pelatihan,
Metode belajar, pengajaran, dan pelatihan.
Perilaku guru dan siswa.
Media pengajaran dan belajar
Tujuan Ilmu Pendidikan
Mendeskripsikan aktivitas mental dan perilaku manusia.
Memahami aktivitas pendidikan.
Meramal aktivitas pendidikan.
Mengendalikan aktivitas pendidikan.
Memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Metode dalam Ilmu Pendidikan
Dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan ilmu pendidikan itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu bidang ilmiah memiliki metode penelitian yang disesuaikan dengan objek-objek kajian pendidikan. Metode-metode penelitian pendidikan itu antara lain adalah:
Positivistik (kuantitatif). Tujuan penelitian adalah untuk menetapkan objektivitas berdasar pada bukti-bukti empiris dan hukum-hukum yang dapat digeneralisasi tanpa memperhatikan atau tanpa dipengaruhi oleh konteks tempat penelitian dilakukan. Objektivitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh peminimalan kesalahan dalam proses pengukuran. Tujuan penelitian adalah deskripsi, penjelasan, kontrol, dan prediksi. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode positivistik adalah pendidikan behavioristik.
Interpretif (kualitatif). Tujuan penelitian adalah pemahaman terhadap bahasa dan perilaku yang bersifat sehari-hari atau bersifat alamiah yang berujung pada temuan-temuan makna dan keyakinan yang ada dalam diri partisipan. Hubungan antara ilmu, metode penelitian, dan proses penelitian dengan nilai adalah lekat nilai atau bermuatan nilai (value-laden). Dalam hal ini pengetahuan ilmiah sebagai hasil dari penelitian metode penelitian interpretif termuat di dalamnya nilai-nilai personal dan sosial budaya partisipan penelitian. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode interpretif adalah psikologi humanistik atau bidang-bidang pendidikan yang berhubungan dengan konteks budaya.
Penelitian kritis memberi kesempatan kepada peneliti, praktisi, dan partisipan menjelaskan dan menantang sumber-sumber dominasi dan eksploitasi yang ada dalam kehidupan sosial budaya tempat hidup seseorang. Penelitian kritis merupakan penelitian yang bertujuan pemberdayaan terhadap individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mengalami penindasan (oppressed). Oleh karena itu, penelitian kritis memiliki sifat-sifat: terbuka ideologi, kritik sosial, terbuka politik, dan orientasi emansipatori (Connole dkk., 1993). Tujuan penelitian kritis adalah untuk melakukan pemberdayaan (empowerment) berupa: pengembangan kesadaran kritis dan pengembangan tindakan (action) pada individu-individu atau kelompok-kelompok yang tertindas (perempuan, buruh, dan siswa). Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode penelitian kritis adalah pendidikan kritis.
Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan.
1. Dasar ontologis ilmu pendidikan
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapokan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya).
Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pendidikan. Didalam situiasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapipada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi terlaksananya mendidik dan mengajar, yaitu kegiatan pendidikan yang berskala mikro. Hal itu terjadi mengingat pihak pendidik yang berkepribadiaan sendiri secara utuh memperlakukan peserta didiknya secara terhormat sebagai pribai pula, terlpas dari factor umum, jenis kelamin ataupun pembawaanya. Jika pendidik tidak bersikap afektif utuh demikian makaa menurut Gordon (1975: Ch. I) akan terjadi mata rantai yang hilang (the missing link) atas factor hubungan serta didik-pendidik atau antara siswa-guru. Dengan egitu pendidikan hanya akan terjadi secar kuantitatif sekalipun bersifat optimal, misalnya hasil THB summatif, NEM atau pemerataan pendidikan yang kurang mengajarkan demokrasi jadi kurang berdemokrasi. Sedangkan kualitas manusianya belum tentu utuh.
2. Dasar epistemologis ilmu pendidikan
Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namuntelaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka vaaliditas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahaawa dalam menjelaskaan objek formaalnya, telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942).
3. Dasar aksiologis ilmu pendidikan
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan teknologi pula tetapi pendidikan bukanlah bagian dari iptek. Namun harus diakui bahwa ilmu pendidikan belum jauh pertumbuhannya dibandingkan dengan kebanyakan ilmu sosial dan ilmu prilaku. Lebih-lebih di Indonesia.
Implikasinya ialah bahwa ilmupendidikan lebih dekat kepada ilmu prilaku kepada ilmu-ilmu sosial, dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
4. Dasar antropologis ilmu pendidikan
Pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya (1) sosialitas dan (2) individualitas, melainkan juga (3) moralitas. Kiranya khusus untuk Indonesia apabila dunia pendidikan nasional didasarkan atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem pengajaran nasional disekolah, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4) religiusitas, yaaitu pendidik dalam situasi pendidikan sekurangkurangnya secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari pengabdian lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan terkait deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu.
Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
Masalah-masalah filsafat ilmu pendidikan adalah: pengertian ilmu pendidikan, tujuan ilmu pendidikan, masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan, penggolongan dalam ilmu pendidikan, pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan, hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia, dan aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan
Hakekat ilmu pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.
Metode-metode penelitian pendidikan adalah positivistik, interpretif, dan kritis.
DAFTAR RUJUKAN
Connole, H.C. 1993. Issues and Methods in Research. Dalam H.C. Connole, B. Smith, & R. Wiseman (Eds.) Research Methodology 1: Issues and Methods in Research. Geelong: Deakin University.
Dalton, J.H. Elias, M.J., & Wandersman, A. 2007. Community Psychology: Linking Individuals and Communities. Belmont CA: Thomson.
Earle, J.E.1992. Introduction to Philosophy. New York: McGraw-Hills Incorporation,
French, S. & Saatsi, J. 2011. Introduction. S. French & J. Saatsi (Eds.) The Continuum Companion to the Philosophy of Science (pp. 1 – 14). London: Continuum.
Giorgi, A. 1995. Phenomenological Psychology. A.J. Smith, R. Harre & L. Van Langenhove (Eds.) Rethinking Psychology. London: Sage Publications.
Hanurawan, F. 2012 Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: Fakultas P. Psikologi: Universitas Negeri Malang.
Lacey, A.R. 1996. Dictionary of Philosophy. London: Routledge.
Marczyk, G., DeMatteo, D., & Festinger, D. 2005. Essential of Research Design and Methodology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Psillos, S. & Curd, M. 2008. Introduction. S. Psillos & M. Curd (Eds.) The Routledge Companion to Philosophy of Science (xix – xxvii). London: Routledge.
Rudner, R.S. 1966. Philosophy of Social Science (Foundations of Philosophy). Ann Arbor, MI: Prentice Hall.
Sprintall, R.C., Schmutte, G.T., & Sirois, L. 1991. Understanding Educational Research. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Akhmad Solihin October 28, 2016 CB Blogger IndonesiaDASAR-DASAR FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)
A. Latar belakang
Identifikasi minat dan
kebutuhan belajar merupakan langkah awal dalam kegiatan belajar mengajar pada
kelompok belajar KF. Yang menjadi fokus kegiatan identifikasi minat dan
kebutuhan belajar tidak hanya terbatas pada kebutuhan bagi warga belajarnya
tetapi juga pada lingkungan dimana warga belajar berada.
Untuk mengetahui minat dan
kebutuhan belajar warga belajar yang sesungguhnya, tutor harus mengetahui
permasalahan yang dihadapi warga belajar, keluarga dan masyarakat di
lingkungannya. Misalnya masalah keterampilan baca, tulis, hitung, kesehatan,
pekerjaan dan yang berkaitan dengan masalah menghitung pemasukan dan
pengeluaran keuangan sehari-hari keluarga. Disamping itu, tutor juga harus
mengetahui potensi dirinya dan sumber daya yang ada dilingkungan warga belajar
melalui kegiatan identifikasi kebutuhan belajar. Semua informasi yang diperoleh
memalui kegiatan identifikasi minat dan kebutuhan belajar dijadikan sebagai
materi pembelajaran sekaligus juga dapat menjadi bekal warga belajar untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Kegiatan mengidentifikasi minat
dan kebutuhan belajar yang dilakukan dengan cara mewawancarai warga belajar dan
tokoh-tokoh masyarakat, mengamati kehidupan sehari-hari masyarakat, membaca
berbagai informasi tentang masyarakat yang menjadi sasaran pembelajaran dan
menganalisis potensi atau faktor-faktor pendukung penyelenggaraan pendidikan
keaksaraan.
Kegiatan mengidentifikasi
minat dan kebutuhan belajar dilakukan pada awal sebelum dimulainya kegiatan
belajar pendidikan keaksaraan. Itulah sebabnya tutor harus memahami manfaat dan
pentingnya melaksanakan kegiatan identifikasi minat dan kebutuhan belajar.
B. Tujuan
Identifikasi minat dan kebutuhan
belajar KF bertujuan agar tutor dapat:
1.
Memahami tujuan
perlunya melakukan kegiatan identifikasi minat dan kebutuhan belajar
warga belajar
2.
Mengetahui minat dan kebutuhan warga belajar
3.
Mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi warga
belajar
4.
Mengetahui potensi atau sumber daya yang dapat digunakan
sebagai alat atau bahan pemecahan masalah yang dihadapi warga belajar.
5.
Mengidentifikasi bahan calistung yang terkait dengan kehidupan sehari-hari warga belajar
6.
Merumuskan dan mengembangkan program (perencanaan belajar)
atau materi pembelajaran bagi warga
belajar.
7.
Mengembangkan alat dan bahan belajar yang cocok bagi
warga belajar.
8.
Mengetahui siapa saja yang dapat dihubungi untuk
memperoleh informasi.
9.
Mengetahui tempat-tempat yang dapat dijadikan sumber
informasi.
C. Pengertian
Identifikasi minat dan kebutuhan
belajar merupakan kegiatan menggali, mencari,
menemukan, dan mencatat minat dan kebutuhan WB, keadaan lingkungan dengan
berbagai permasalahannya, dan potensi masyarakat guna mengembangkan bahan/materi kegiatan
belajar pendidikan keaksaraan.
Identifikasi minat dan kebutuhan belajar berkaitan dengan keinginan individu terhadap sesuatu yang ingin dipenuhi dalam waktu tertentu. Contohnya minat terhadap keterampilan membuat kue, menjahit, bekerja di pabrik, dan berdagang. Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai minat belajar. Sedangkan kebutuhan belajar adalah sesuatu yang diperlukan untuk segera dipenuhi karena sifatnya mendesak. Contohnya : kebutuhan untuk segera dapat membaca, menulis, berhitung, mengenali identitas diri di Kartu Tanda Penduduk, Surat Pribadi, dan sebagainya.
D. Sasaran Acuan
Acuan ini diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi Tutor Pendidikan Keaksaraan Fungsional dalam menggali, menganalisis, dan menentukan minat serta kebutuhan belajar warga belajar yang dilakukan melalui observasi lapangan, dialog minat dan kebutuhan belajar, dan identifikasi kemampuan awal warga belajar.
IDENTIFIKASI MINAT DAN KEBUTUHAN BELAJAR
A. Observasi lingkungan
Tutor dituntut untuk melakukan
observasi lingkungan tujuannya adalah untuk melihat potensi, minat dan kebutuhan
belajar masyarakat. Kegiatan observasi ini berpusat pada “konteks lokal”.
Kegiatan observasi lingkungan dapat dilakukan dengan mengunjungi
berbagai tempat, lorong, gang, jalanan, pos-pos, ladang, sawah, sekitar
pabrik, tempat tinggal warga belajar,
dan sebagainya. Misalnya : tutor mengamati berbagai fasilitas yang ada di
lingkungan warga belajar, antara lain:
Dalam
melaksanakan kegiatan observasi ini tugas tutor bukan hanya melihat dan
mendengar saja, akan tetapi berdialog langsung dengan calon warga belajar atau
warga masyarakat di tempat-tempat yang dikunjungi tutor. Tujuannya adalah untuk
menggali dan mengumpulkan berbagai informasi yang akan dijadikan sebagaibahan
bacaan, dan sekaligus juga untuk mengidentifikasi nara sumber untuk proses
kegiatan belajar pendidikan keaksaraan. Materi pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan hasil observasi dapat digunakan untuk membantu warga belajar memecahkan permasalah yang dihadapi pada saat dilaksanakannya
proses pembelajaran. Sebagai contoh :kegagalan panen yang dialami warga
belajar. Dalam kaitan ini tutor dapat langsung meminta kepala Dinas Pertanian untuk
melakukan penyuluhan pada kelompok belajarnya.
Begitu
pula dengan masalah kesehatan misalnya : banyak warga masyarakat yang
terkena diare, berkaitan dengan masalah
ini tutor dapat meminta kepala Dinas Kesehatan setempat atau Puskesmas untuk
melakukan penyuluhan kesehatan kepada warga belajar dalam proses pembelajaran
KF. Kegiatan observasi lingkungan ini bukan hanya untuk melihat lembaga-lembaga
yang ada, tetapi untuk menggali dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
kegiatan CALISTUNG pada KF.
Observasi lingkungan belajar melalui Jalan–Jalan Keaksaraan
Kegiatan observasi lingkungan
belajar yang dilakukan melalui jalan–jalan di
suatu tempat dikenal dengan Jalan-Jalan Keaksaraan, sangat penting
dilakukan oleh tutor. Karena dengan Jalan-Jalan Keaksaraan, tutor dapat
mengidentifikasi potensi dan masalah (mencari, menggali, dan mengobservasi
keaksaraan serta nara sumber di masyarakat. Yang dijadikan sebagai bahan
CALISTUNG.
Langkah-langkah
untuk melakukan kegiatan observasi lingkungan belajar Jalan-Jalan Keaksaraan adalah:
1. Menyiapkan
rencana identifikasi dengan menghubungi tokoh-tokoh masyarakat setempat (jika
tutor belum dikenal warga).
2. Mengunjungi
instansi/lembaga seperti : pasar, terminal, warung, kebun,
sawah, lingkungan sungai, tempat tinggal, pos-pos, dan mewawancarai tokoh
masyarakat dan perangkat kelurahan/desa tujuannya adalah
untuk memperoleh :
a.
bahan bacaan yang ada/diterbitkan (membawa beberapa contoh seperti formulir, brosur, dll); dan
b. mencari
nara sumber, bila diperlukan untuk kegiatan pembelajaran di kelompok belajar.
3. Menanyakan
bagaimana persepsi lembaga/instansi tentang kebutuhan belajar masyarakat;
4. Melakukan
kegiatan observasi masalah dan lingkungan masyarakat sekitar (khususnya yang
berkaitan dengan bahan untuk dijadikan topik pembelajaran, seperti : masalah
sanitasi, kesehatan, pekerjaan penduduk, pertanian, peternakan, dan lain-lain).
5. Melakukan
kegiatan mengumpulkan informasi tentang contoh-contoh kegiatan keaksaraan
(menimbang, menjumlah, menghitung perkalian, kegiatan posyandu, pengajian),
contoh tulisan (tanda tangan, iklan, bungkus kemasan, poster) dan lain-lain.
6. Mengumpulkan
informasi tentang warga belajar perlu membaca, menulis atau berhitung.
7. Mengobservasi
dan mengobrol dengan warga masyarakat
(tokoh masyarakat, perangkat kelurahan/desa, petani, guru, dan lain-lain)
tentang penyiapan bahan/materi CALISTUNG yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
8. Mengobrol dengan petugas/tokoh masyarakat tentang bagaimana mereka
membantu “orang buta huruf” belajar/mengerti informasi yang terkait dengan
tugas pelayanannya.
Contoh :
HASIL IDENTIFIKASI JALAN-JALAN KEAKSARAAN
BAHAN DAN NARA SUMBER DARI INSTANSI/LEMBAGA
No |
Tempat yang dikunjungi |
Bahan/Kegiatan Calistung |
Nara Sumber |
||
Membaca |
Menulis |
Berhitung |
|||
1 |
Bank |
Iklan, Tabungan, dan lain-lain. |
Mengisi formulir |
Uang yang akan ditabung |
Petugas bank |
2 |
Puskesmas |
@ Poster Demam Berdarah @ Membaca dosis obat
|
Mengisi daftar pasien |
Biaya pengobatan, jumlah/jenis. dosis obat |
Petugas Pendaftaran, Bidan, Perawat, Dokter |
3 |
Pasar |
@ Daftar harga @ Label harga, bon, kuitansi dan lain-lain. |
Harga barang yang dibeli |
Jumlah harga, dan uang yang dikeluarkan |
Pedagang |
4 |
Balai Desa |
@ Persyaratan membuat KTP @ Membaca struktur desa dan lain-lain. |
Formulir pengisian data untuk KTP |
Jumlah Blok, RT, RW dan lain-lain. |
Lurah/Kades/Sekretaris Kelurahan/Desa Pamong desa |
5 |
Kantor Pos |
Alamat Surat, perangko, kartu pos, wesel pos dan benda-benda pos lain. |
Alamat surat, pengisian dara untuk wesel pos dan lain-lain |
Harga perangko, timbangan surat, biaya pengiriman, dan lain-lain |
Petugas Pos |
6 |
Dan seterusnya |
|
|
|
|
B. Dialog minat dan kebutuhan belajar dengan warga belajar.
Dialog minat dan kebutuhan belajar warga
belajar merupakan kegiatan untuk mengetahui tujuan dan materi serta
perubahan–perubahan yang diharapkan diminati
dan dibutuhkan
oleh warga belajar.
Metode
yang terbaik untuk suatu melakukan dialog tentang minat dan kebutuhan warga belajar adalah
mencoba melaksanakan dialog atau percakapan langsung dengan warga belajar. Satu
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan dialog adalah tidak memaksakan
dengan bahasa Indonesia, apabila warga belajar menginginkan komunikasi dalam
bahasa ibu (karena bahasa Indonesianya kurang lancar) dapat saja dilakukan.
Tujuan dilaksanakannya dialog tentang
minat dan kebutuhan adalah untuk :
1. Membantu
tutor dan warga belajar bersama-sama membuat materi yang akan dan bagaimana
mempelajarinya;
2. Membantu
tutor dan warga belajar memantau topik-topik belajar yang akan dipelajari nantinya;
3. Membantu
tutor dan warga belajar dalam mencari pemecahan masalah di kelompok belajar .
Misalnya : dimana dan bagaimana mencari bahan CALISTUNG dan nara sumber dari
instansi, lembaga, dan tempat lain disekitarnya;
Langkah-langkah dalam dialog minat
dan kebutuhan belajar:
1. Mengumpulkan
warga belajar di tempat kejar;
2.
Mempersiapkan daftar contoh pertanyaan kunci ;
3.
Menjelaskan tujuan percakapan atau
dialog minat dan kebutuhan belajar dengan warga belajar dan mengkomunikasikan
pertanyaan- pertanyaan kunci;
4.
Mencatat hasil identifikasi minat dan kebutuhan belajar yang diberikan
warga belajar;
5.
Menyimpulkan hasil dialog minat dan kebutuhan atau diskusi bersama-sama
dengan warga belajar;
6.
Warga belajar dan tutor mempersiapkan rencana tindak lanjut dari hasil dialog
minat dan kebutuhan.
Identifikasi Minat Belajar
Identifikasi minat belajar berkaitan dengan keinginan individu tentang
sesuatu yang ingin dipenuhi dalam waktu
tertentu. Contohnya : Minat tentang keterampilan membuat kue, menjahit, bekerja
di pabrik, dan berdagang.
Contoh:
pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi minat belajar :
1.
Apa khabar ibu-ibu hari ini?
2.
Apa kegiatan yang telah ibu-ibu lakukan sebelum hadir di tempat ini?
3. Apa
ibu-ibu suka dengan kegiatan rutin yang dilakukan selama ini?
4. Apakah
ibu-ibu berminat memiliki kegiatan yang bermanfaat untuk mengembangkan diri?
5. Apakah
contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri sebagai
pengisi waktu luang?
Melalui
jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas
kemungkinan kita akan memperoleh informasi tentang minat belajar warga belajar
seperti berikut ini:
(Dalam kotak ini semua
ditulis tangan seolah-olah tulisan warga belajar)
Membuat kue donat |
Menjahit pakaian wanita |
Kerja di pabrik konveksi |
Membuat bolu singkong |
Membordir |
Bertanam sayuran hibrida |
Membuat
kripik talas rasa keju |
Berdagang sayuran keliling |
Beternak lele jumbo |
Membuat rendang ikan gabus |
Membuat telor asin |
Beternak jangkrik |
Identifikasi Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar adalah sesuatu yang diperlukan
untuk segera dipenuhi karena sifatnya mendesak. Contohnya: kebutuhan untuk
segera dapat membaca, menulis, dan berhitung, mengenali identitas diri di Kartu
Tanda Penduduk, Surat Pribadi, dan sebagainya.
Contoh: pertanyaan yang
berkaitan dengan identifikasi kebutuhan
belajar:
1.
Apa saja kegiatan ibu-ibu
dan bapak-bapak hari ini ?
2.
Apa
dan Bagaimanakah kegiatan mereka hari ini ?
3.
Kegiatan
apa yang senang atau bisa bapak/ibu lakukan?
4.
Apa
yang tidak bisa bapak/ibu lakukan, namun orang lain mampu melakukannya?
5.
Masalah
apakah yang selalu mengkhwatirkan bapak/ibu selama ini ?
6.
Apa
yang sudah lama bapak.ibu inginkan, tapi sulit/tidak mampu dilakukan?
7.
Apa
yang bapak/ibu inginkan dari kegiatan ini atau bapak/ibu ingin belajar apa?
8.
Dan sebagainya.
Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas
kemungkinan jawaban peserta didik yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Baik |
Bosan |
|
Gitu-gitu aja |
Ingin belajar |
Udah tua |
Selalu di rumah |
Nggak punya duit |
Bisa baca buku |
Nggak senang |
Belajar baca tulis |
Bisa baca koran |
Minat
dan Kebutuhan belajar warga setiap belajar pada dasarnya berbeda-beda. Namun
demikian, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara kelompok. Melalui dialog,
tutor dapat menyatukan perbedaan minat dan kebutuhan menjadi kebutuhan belajar bersama
(kelompok).
Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas
kemungkinan jawaban peserta didik yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Baik |
Bosan |
|
Gitu-gitu aja |
Ingin belajar |
Udah tua |
Selalu di rumah |
Nggak punya duit |
Bisa baca buku |
Nggak senang |
Belajar baca tulis |
Bisa baca koran |
Minat
dan Kebutuhan belajar warga setiap belajar pada dasarnya berbeda-beda. Namun
demikian, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara kelompok. Melalui dialog,
tutor dapat menyatukan perbedaan minat dan kebutuhan menjadi kebutuhan belajar bersama
(kelompok).
C. Identifikasi Kemampuan Awal.
Program KF harus berpusat pada diri warga
belajar. Tujuannya terutama untuk mengetahui minat dan kebutuhan yang khusus
pada diri setiap warga belajar. Kemampuan awal setiap warga belajar pada saat
masuk Kejar tidak sama. Karena itu tutor perlu menilai kemampuan awal setiap
warga belajar, guna memperoleh gambaran tentang keterampilan dasar dan kemapuan
fungsionalnya. Kegiatan ini dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan
warga belajar, terutama menyangkut potensi, pengalaman, pengetahuan, minat dan
kebutuhan, keterampilan, informasi dan cita-cita yang diinginkan warga
belajar.
Tujuan:
1.
Tutor dapat melakukan penilaian
kemampuan awal warga belajar, dan memahami kelompok belajar yang multi level (beragam).
2.
Tutor dapat merumuskan rencana proses belajar- mengajar.
3.
Tutor dapat mengidentifikasi keterampilan dasar dam kemampuan fungsional
dari masing-masing warga belajar.
4.
Tutor dapat menjalin hubungan persuasif kekeluargaan dengan warga belajar
dengan lebih akrab.
Langkah-langkah:
1.
Menjelaskan manfaat
dan pentingnya identifikasi kemampuan awal kepada warga belajar
2.
Ajaklah warga
belajar berdialog dengan suasana yang sangat
menyenangkan, agar warga belajar mau terbuka.
3. Siapkan beberapa format penilaian kHasil identifikasi minat dan kebutuhan belajar yang dilakukan melalui observasi lingkungan, dialog minat dan kebutuhan, dan identifikasi kemampuan awal akan menghasilkan:
1. Seperangkat
bahan/kegiatan Calistung Fungsional untuk program KF;
2. Permasalahan
keaksaraan yang dihadapi calon warga belajar;
3.
Seperangkat minat dan kebutuhan warga belajar;
4.
Potensi atau sumber daya yang dapat digunakan sebagai
alat atau bahan pemecahan masalah yang dihadapi warga belajar;
5.
Program (perencanaan belajar) bagi warga belajar;
6.
Alat dan bahan belajar yang cocok bagi warga belajar.
Contoh format:
Penilaian Kemampuan Awal
Keaksaraan Fungsional*)
1). Nama Warga Belajar :................................................................... ……………….
2). Umur :................................................................... ……………….
3). Jenis Kelamin :..............................................................................................
4). Pendidikan Terakhir :................................................................... ……………….
5). Jumlah Keluarga :................................................................... ……………….
6). Alamat :................................................................... ……………….
7). Keterampilan yang dimiliki WB:
8). Keterampilan yang diminati WB:emampuan awal keaksaraan fungsional warga belajar
9). Harapan/cita-cita setelah masuk Kelompok Belajar KF:
Format Checklist Keterampilan CALISTUNG
Keterampilan CALISTUNG |
Bisa |
Ti-dak |
Kete-rangan |
A.
Membaca (Pilih sesuai
dengan tingkatan yang cocok dengan WB) |
|
|
|
1. Belum
mengenal huruf |
|
|
|
2. Kenai
huruf, belum dapat merangkai huruf menjadi kata |
|
|
|
3.
Membaca
kata dengan dieja dan masih dibantu orang lain |
|
|
|
4.
Mernbaca
dengan benar tapi masih pelan-pelan |
|
|
|
5. Membaca
paragap pendek/kesimpulan dengan lancar dan cepat (mengetahui makna kata
secara tepat)) |
|
|
|
B.
Menulis (Pilih sesuai dengan
tingkatan yang cocok dengan
W8) |
|
|
|
1. Belum
kenal huruf, tidak bisa menulis |
|
|
|
2.
Bisa
menyalin tulisan/mencontoh tulisan orang lain |
|
|
|
3. Kenal huruf. tetapi perlu orang lain mernbantu
mengejakan agar menjadi kata |
|
|
|
4.
Dapat
menyusun kalimat tanpa bantuan orang lain |
|
|
|
5. Dapat menutis paragap tanpa bantuan orang ain |
|
|
|
C. Behitung (Pitch sesuai dengan tingkatan yang cocok dengan WB) |
|
|
|
1.
Mengenal
angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan |
|
|
|
2.
Dapat
menjumlah dan mergurang diluar kepala |
|
|
|
3. Dapat menjumlah dan mengurarg dan menuliskannya (menggunakan lambang + ,-) |
|
|
|
4. Dapat mengali dan membagi di luar kepala |
|
|
|
5. Dapat mengali dan membagi dan menuliskannya (menggunakan lambang x , :) |
|
|
|
Tutor
mengalisis hasil temuan dari format yang telah diisi yang hasilnya dapat digunakan
mempersiapkan topik-topik apa dan mengembangkan ide-ide yang akan dipelajari nantinya.
KESIMPULAN DATA
KEMAMPUAN
AWAL WARGA BELAJAR
Jumlah WB yang
perlu bantuan dalam: |
Jenis
Keterampilan yang Sudah dimiliki WB |
Jenis
Keterampilan yang paling diminati WB |
Cita-cita setelah
belajar di KF |
||
Membaca |
Menulis |
Berhitung |
|||
|
|
|
|
|
|
Keterangan/Informasi lain: (masalah-masalah
keaksaraan yang muncul di masyarakat)
PENUTUP
Setelah dilakukan kegiatan identifikasi minat
dan kebutuhan belajar melalui observasi lingkungan, dialog, dan penilaian kemampuan
awal warga belajar serta analisis
kebutuhan yang dilakukan secara bersama-sama
antara tutor dan warga belajar untuk
memperoleh kesepakatan belajar, maka dapat ditentukan tema-tema belajar dan materi/bahan
pembelajaran tertentu. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses pembelajaran
KF.
Keberhasilan identifikasi minat dan
kebutuhan belajar warga belajar sangat ditentukan oleh kemampuan tutor dalam
menggunakan pendekatan, teknik dan
kondisi yang ada. Oleh karena itu para tutor dapat memahami, acuan ini
sebaik-baiknya.
Demikian cara identifikasi kebutuhan belajar keaksaraan fungsional (KF), semoga bermanfaat, terimakasih sudah berkunjung kembali diblog visiuniversal ini, semoga sukses sselalu.
Akhmad Solihin October 28, 2016 CB Blogger Indonesia