KONSEP PENGEMBANGAN PANJARAKSI DALAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)

Visiuniversal-----Berdasarkan salah satu prinsip andragogi, warga belajar buta aksara tidak akan mau belajar membaca dan menulis, jika mereka tidak melihat keuntungan/manfaat dari membaca dan menulis. Atas dasar itu,  salah satu alternatif agar mereka merasa terlibat di dalamnya, sesuai minat dan kebutuhannya, sesuai pengalaman dan informasi yang dimilikinya, dan sesuai dengan permasalahan keaksaraan (CALISTUNG) yang dihadapinya, serta sesuai dengan tingkat perkembangan usianya perlu disusun bahan belajar yang dapat menjawab persoalan-persoalan itu, yang disebut Panjaraksi.

Panjaraksi merupakan singkatan dari Panduan Belajar Aksi, yang dirancang dan dikembangkan oleh tim KF pusat (termasuk penulis) di 9 propinsi di Indonesia. Tujuan pengembangan Panjaraksi adalah dalam rangka menghilangkan ketergantungan terhadap buku/modul paket A yang diterbitkan oleh pusat (bersifat top down), dan diperkirakan fungsional oleh pembuat kebijakan (pemerintah). Dari hasil ujicoba tersebut, ternyata para pamong belajar, TLD/Penilik dan tutor ternyata mampu membuat bahan belajar yang berdisain dan berkonteks lokal, sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman belajar mereka. Dilihat dari sisi bentuk dan biaya, Panjaraksi ini lebih murah dan sederhana karena tidak selalu harus dicetak dan didistribusikan ke daerah lain yang belum tentu persoalan, kebutuhan, minat, dan potensinya sama (berkonteks lokal dan berdisain lokal).



10D

SISTIM DUKUNGAN#1

Pengembangan Bahan Belajar Panjaraksi

Tujuan:

@ Peserta dapat memahami konsep pengembangan bahan belajar panjaraksi (panduan belajar aksi) dan langkah-langkah penyusunannya.

@ Peserta dapat menyusun bahan belajar Panjaraksi yang sesuai dengan permasalahan dan potensi lokal yang ada di masyarakat.

Konsep Pokok:

PANJARAKSI (Panduan Belajar Aksi) merupakan bahan belajar yang disusun tutor bersama warga belajar yang berdisain dan berkonteks lokal dengan menggunakan prinsip partisipatif dan memperhatikan masalah yang dihadapi serta memanfaatkan potensi lokal. Sesuai dengan namanya, ciri-ciri PANJARAKSI adalah (1) bersifat panduan dan manual (yang masih bisa berkembang sesuai kebutuhan; (2) menggunakan prinsip-prinsip BDPS; (3) bahan belajar ini dirancang aktif baik dari sisi content/materi; dan (4) bersifat Aksi nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi WB setelah mempelajarinya.

Metodologi:

Ceramah, Diskusi dan Praktek (45 menit)

Langkah-langkah Kegiatan:

1.      Menjelaskan konsep pokok, pengertian, tujuan pengembangan Panjaraksi

2.      Menjelaskan langkah-langkah penyusunan Panjaraksi

3.      Membagi peserta dalam kelompok kecil untuk praktek menyusun Panjaraksi

4.      Presentasi tiap kelompok dan tanya jawab tentang Panjaraksi (kelebihan dan kekurangannya)

5.      Kesimpulan dan klarifikasi

Aplikasi di Kelompok Belajar:

Diskusi aplikasi di Kejar, dengan mengajukan pertanyaan ”bagaimana penerapan Panjaraksi dalam proses pembelajaran di kelompok belajar?”

Bahan Pelatihan:

ü  Hand-out: Karakteristik Bahan Belajar Keaksaraan (halaman 247-250)

ü  Petunjuk Penggunaan Panjaraksi (lihat halaman selanjutnya)

ü  Buku Pedoman Menyusun Bahan Belajar, Penerbit Grasindo 

    Dalam menyusun dan mengembangkan Panjaraksi (Panduan Belajar Aksi), prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, adalah:

1.   Dipusatkan pada masalah-masalah nyata dan yang dihadapi warga belajar dan masyarakat lingkungannya;

2.   Disesuaikan dengan tingkat keaksaraan dan keterampilan keaksaraan WB;

3.   Mencakup jenis tema tertentu dan untuk kelompok tertentu;

4.   Dirancang agar dapat mendorong WB untuk belajar aktif dan mandiri

5.   Mengungkapkan/menggambarkan masalah krusial umum yang dihadapi WB, dan memberikan pemecahan masalah.

6.   Memancing warga belajar untuk mengungkapkan pengalaman dan partisipasi aktif mereka

7.   Sederhana, merangsang dan menarik

8.  Memungkinkan untuk digunakannya media-media belajar yang dapat diusahakan kelompok belajar.

9.   Disediakan petunjuk belajar dan penilaian kemajuan warga belajar.

Karakteristik dan kelebihan Panjaraksi adalah: (1) materi/informasi digali berdasarkan kemampuan keaksaraan warga belajar dalam satu kelompok belajar; (2) WB tidak hanya menyalin dan mempelajari, tetapi ikut memikirkan materi CALISTUNG apa yang dibutuhkan dan aksi/penerapan apa yang dilakukan; (3) Terjadi interaksi/kerjasama antara tutor dan warga belajar dalam menyusun materi Panjaraksi, (4) Karena sifatnya panduan, maka disediakan pertanyaan kunci dan adanya unsur penelitian sederhana dengan memunculkan masalah, yang dibahas/didiskusikan, ditulis dan dibaca serta dilakukan aksi bersama antara tutor dan warga belajar.

 

Langkah-langkah Penyusunan Panjaraksi

 

1. Tutor perlu melakukan observasi lingkungan dan ngobrol bersama WB untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan strategis;

2. Tutor melakukan kegiatan analisa bersama WB untuk memahami masalah dengan menggunakan instrumen belajar BDPS

3.      Tutor mengidentifikasi dan memilih kegiatan belajar untuk memecahkan masalah

4. WB dan tutor berdiskusi hasil analisis dan mengidentifikasi strategi/kegiatan untuk memecahkan masalah;

5.   WB berkerjasama untuk belajar CALISTUNG dan memecahkan masalah;

6.  Memikirkan strategi belajar BDPS: Diskusi, menulis membaca, berhitung, dan adanya aksi atau penerapan langsung yang dilakukan WB bersama tutor setelah mempelajari informasi yang ada di Panjaraksi, (bisa per-pokok bahasan, per-sub pokok bahasan, atau per-bahan belajar)

7.   Memikirkan belajar keterampilan untuk melaksanakan kegiatan aksi

8. Tutor menyusun instrumen tes berdasarkan materi yang dikaji di Panjaraksi berupa instrumen (kerangka tes) yang mengukur ”kemajuan” dan ”perbaikan” kemampuan CALISTUNG WB dan aksi/penerapan hasil belajarnya.

 

Karakteristik bahan belajar PANJARAKSI

 

1.  Kerangka pikir, informasi, dan materi diidentifikasi dan dibuat oleh tutor bersama WB berdasarkan kebutuhan WB, pengalaman dan potensi yang tersedia.

2.  Bersifat ”bottom-up”, konteks lokal, disain lokal, dan partisipatif.

3.  Karena sifatnya panduan, maka informasi/isi materi akan berkembang sesuai kebutuhan

4.  Bentuk bahan belajar berupa:

ü Panduan/manual yang dapat berkembang (informasi tidak berhenti)

ü Petunjuk dan instrumen BDPS untuk membantu tutor mengelola KBM dengan lebih sistematis dengan membantu WB menganalisis pengalaman lebih dalam tentang topik yang dipilihnya;

ü Bacaan dibuat oleh tutor bersama WB; dan

ü Adanya saran-saran aksi nyata yang harus dilakukan WB dalam kehidupan sehari-hari.

ü Evaluasi: berupa pertanyaan kunci yang dapat dikembangkan berdasarkan kebutuhan yang bertujuan untuk menilai kemajuan WB (tidak sekedar menjawab pertanyaan).




November 28, 2016

0 comments:

Post a Comment