Home » All posts
Konsep Pokok:
Dalam program KF, secara umum terdapat 3 jenis bahan belajar yang sering digunakan yaitu bahan belajar Konvensional, Tematik, dan Panjaraksi. Masing-masing bahan belajar memiliki kelebihan dan kekurangan, namun pada intinya semua bahan belajar tersebut bagamana mempermudah tutor untuk menyusun bahan belajar sendiri di kelompok belajar bersama WB dan pihak-pihak yang mendukung program KF.
Dalam program KF, secara umum terdapat 3 jenis bahan belajar yang sering digunakan yaitu bahan belajar Konvensional, Tematik, dan Panjaraksi. Masing-masing bahan belajar memiliki kelebihan dan kekurangan, namun pada intinya semua bahan belajar tersebut bagamana mempermudah tutor untuk menyusun bahan belajar sendiri di kelompok belajar bersama WB dan pihak-pihak yang mendukung program KF.
3 KONSEP BAHAN AJAR KEAKSARAAN
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 20, 2014
![]() |
Accer Iconia |
Di abad milenium dengan teknologi super canggih dewasa ini, perkembangan teknologi terasa begitu cepat bergerak maju. Beberapa tahun lalu kita masih menikmati teknologi komputer meja atau yang biasa disebut PC dekstop yang terasa sangat rumit dan kaku, sekarang komputer sudah beralih ke bentuk yang lebih mobile, simpel, mudah dibawa kemana-mana. Istilah-istilah baru seperti komputer tablet, netbook, notebook, laptop, ultrabook dll terus bermunculan yang terkadang membuat bingung.
Akhmad Solihin
April 13, 2014
CB Blogger
Indonesia
PERBEDAAN LAPTOP, NOTEBOOK DAN NETBOOK
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 13, 2014
Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial selalu melibatkan manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang ligkup IPS pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada disekitar tempat tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhirnya negara-negara tetangga.
Berdasarkan kurikulum 1994 (suplemen GBPP 1999), bahwa ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengajaran pengetahuan sosial pada siswa sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk pengajaran sejarah, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan masalah yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal peserta didik dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa materi tersebut dijadikan bahan pembahasan di dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sesuai dengan tujuan lembaga Sekolah Dasar, IPS di SD tidak bersifat keilmuan melainkan bersipat pengetahuan. Ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal yang bersifat praktis yang berguna bagi dirinya dan kehidupannya kini maupun masa yang akan datang dalam berbagai lingkungan dan aspek sosial yang berlainan. Pembelajaran IPS bersipat pembekalan (pengetahuan, sikap dan kemampuan) mengenai seni berkehidupan.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan satu contoh yang dikutipkan dari metodologi pembelajaran IPS (Sumaatmadja,1984: 24). Pokok bahasan : Pengaruh perang Diponegoro terhadap kebangkitan nasional Indonesia.
Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan di atas bertumpu pada aspek sejarah. Tetapi meskipun demikian, jiwa perang Diponegoro itu erat sekali dengan aspek budaya, aspek sikap mental dan tidak dapat pula dilepas dari aspek geografi dan aspek ekonominya.
Oleh karena itu, pada pembahasannya guru harus melakukan interalasi aspek-aspek sejarah dengan aspek-aspek ekonomi, aspek budaya aspek geografi dan lain-lain. Dengan penyajian demikian, peristiwa sejarah tersebut akan lebih bermakna secara menyeluruh bagi pembinaan mental dan efeksi anak didik yang mengikuti proses pembelajaran IPS tersebut. Dari contoh tersebut pembelajaran IPS yang menerapkan pendekatan terpadu dapat membina kognisi, afeksi dan psikomotor anak didik sebaik-baiknya.
Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau manusia secara sistematis. Tetapi dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak guru yang tidak bisa menterjemahkan isi dari kurikulum itu sendiri, dan hanya berpedoman pada pengalaman mengajar sehingga pembelajaran di kelas tidak berkembang dan tidak memberikan kepada siswa kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu digunakan kejadian yang aktual untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
Berdasarakan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil guna proses pembelajaran. Dengan demikian diperlukan kepekaan dan kreativitas guru dalam menerapkan dan mengembangkan prinsif-prinsif pembelajaran aktif.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka pada pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang ligkup IPS pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada disekitar tempat tinggal dan ligkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhirnya negara-negara tetangga.
Berdasarkan kurikulum 1994 (suplemen GBPP 1999), bahwa ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengajaran pengetahuan sosial pada siswa sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk pengajaran sejarah, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar dibagi dalam dua kajian pokok yang digabung menjadi satu kajian yaitu IPS terpadu. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan masalah yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal peserta didik dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa materi tersebut dijadikan bahan pembahasan di dalam kelas dalam rangka pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sesuai dengan tujuan lembaga Sekolah Dasar, IPS di SD tidak bersifat keilmuan melainkan bersipat pengetahuan. Ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal yang bersifat praktis yang berguna bagi dirinya dan kehidupannya kini maupun masa yang akan datang dalam berbagai lingkungan dan aspek sosial yang berlainan. Pembelajaran IPS bersipat pembekalan (pengetahuan, sikap dan kemampuan) mengenai seni berkehidupan.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan satu contoh yang dikutipkan dari metodologi pembelajaran IPS (Sumaatmadja,1984: 24). Pokok bahasan : Pengaruh perang Diponegoro terhadap kebangkitan nasional Indonesia.
Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan di atas bertumpu pada aspek sejarah. Tetapi meskipun demikian, jiwa perang Diponegoro itu erat sekali dengan aspek budaya, aspek sikap mental dan tidak dapat pula dilepas dari aspek geografi dan aspek ekonominya.
Oleh karena itu, pada pembahasannya guru harus melakukan interalasi aspek-aspek sejarah dengan aspek-aspek ekonomi, aspek budaya aspek geografi dan lain-lain. Dengan penyajian demikian, peristiwa sejarah tersebut akan lebih bermakna secara menyeluruh bagi pembinaan mental dan efeksi anak didik yang mengikuti proses pembelajaran IPS tersebut. Dari contoh tersebut pembelajaran IPS yang menerapkan pendekatan terpadu dapat membina kognisi, afeksi dan psikomotor anak didik sebaik-baiknya.
Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau manusia secara sistematis. Tetapi dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak guru yang tidak bisa menterjemahkan isi dari kurikulum itu sendiri, dan hanya berpedoman pada pengalaman mengajar sehingga pembelajaran di kelas tidak berkembang dan tidak memberikan kepada siswa kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu digunakan kejadian yang aktual untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
Berdasarakan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil guna proses pembelajaran. Dengan demikian diperlukan kepekaan dan kreativitas guru dalam menerapkan dan mengembangkan prinsif-prinsif pembelajaran aktif.
Sumber: Disarikan dari berbagai sumber!

PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 11, 2014
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu "demos" yang berarti rakyat, dan "kratos/cratein" yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu "demos" yang berarti rakyat, dan "kratos/cratein" yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

MENGENAL DEMOKRASI PANCASILA
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 08, 2014
Beberapa penemuan posil manusia purba terjadi dibeberapa bagian belahan dunia termasuk di Indonesia. Penemuan fosil-fosil ini melengkapi informasi dan pengetahuan tentang asal-usul dan perkembangan Makhluk hidup khususnya tentang asal usul manusia purba.
Berikut ini adalah beberapa penemuan fosil manusia purba di Indonesia dan tokoh penemunya:
1. Meganthropus Palaejavinicus
penemuan yang pertama di Indonesia adalah dari penggalian Von Koeningswald tahun 1936 - 1941 yang menemukan fosil gigi geraham kanan dan kiri manusia purba di daerah Sangiran, Surakarta, Jawa Tengah. Setelah diteliti geraham tersebut adalah milik manusia purba yang bertubuh besar tetapi tidak tinggi. Fosil tersebut merupakan fosil manusia ang dinamakan Meganthropus Palaejavinicus.
Berikut ini adalah beberapa penemuan fosil manusia purba di Indonesia dan tokoh penemunya:
1. Meganthropus Palaejavinicus
penemuan yang pertama di Indonesia adalah dari penggalian Von Koeningswald tahun 1936 - 1941 yang menemukan fosil gigi geraham kanan dan kiri manusia purba di daerah Sangiran, Surakarta, Jawa Tengah. Setelah diteliti geraham tersebut adalah milik manusia purba yang bertubuh besar tetapi tidak tinggi. Fosil tersebut merupakan fosil manusia ang dinamakan Meganthropus Palaejavinicus.

PENEMUAN FOSIL MANUSIA PURBA DI INDONESIA
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 07, 2014
Mencermati maraknya kegiatan pengomatan penomenal dengan minum air yang sudah dibaca-bacain, yang katanya memanfaatkan prantara ustad atau orang-orang pintar, hingga banyak masyarakat kita yang meninggalkan pengobatan yang bersifat kedokteran yang ilmiah, yang mereka anggap tidak memberikan dampak penyembuhan secara langsung terhadap penyakit atau masalah mereka.Kita sekarang benar-benar terpesona dengan hal-hal metafisik yang dianggap luar biasa. Pengobatan dengan do'a-do'a atau mantra-mantra, dan sentuhan tangan dari jarak jauh, dan hal-hal lain yang dianggap fantastis di luar nalar dan akal sehat.
Akhmad Solihin
April 06, 2014
CB Blogger
Indonesia
CARA PENGOBATAN DENGAN BACAAN AIR PUTIH
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 06, 2014
Berkaitan dengan penyebab konflik di masyarakat, dari berbagai bentuk konflik yang ada di dalam masyarakat, unsur perasaan memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan yang ada sehingga setiap pihak berusaha saling mengalahkan. Konflik yang terjadi dalam berbagai bentuk tersebut bisa berubah menjadi kekerasan apabila konflik sudah mencapai taraf mencederai, penyebab matinya orang lain, dan menimbulkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

10 PENYEBAB KONFLIK DALAM MASYARAKAT
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 05, 2014
Kemampuan manusia yang besar untuk penyesuaian dan kepandaian yang menkjubkan, ia dapat memperbaiki bermacam-macam cara yang kurang baik dengan cara yang lebih baik untuk menentukan dan menemukan kebutuhannya. Hampir dalam tiap masyarakat terdapat cara-cara khusus dalam menemukan kebutuhan. Asal-muasal cara-cara ini karena sudah lama, biasanya hilang dalam ingatan orang. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang tersukar dalam antropologi. Dengan kata lain, yang tersukar itu adalah mencari jejak (asal usul) suatu adat. Biasanya tidak seorang pun cukup tua untuk mengingat keasliannya sebab sebagaimana biasanya adat itu lahir pada masa lampau, jauh sebelum sejarah tertulis. Kebudayaan merupakan respones manusia terhadap kebutuhan dasarnya. Kebudayaan adalah cara manusia untuk membuat dirinya bahagia di dunia. Kebudayaan adalah tingkah laku yang harus dipelajari seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai cara hidup manusia yang dirancang sebagai pedoman hidupnya.
Ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagai "keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1979: 1993). Selo Seomarjan, ahli Sosiologi Indonesia, mendefinisikan kebudayaan sebagai "semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat" (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: 113).
Cara hidup tersebut merupakan warisan sosial yang dipelajari dan dimiliki oleh sekelompok manusia. Kelompok itu menempati lingkungan daerah tertentu; dan di lingkungan itu mereka terlatih untuk hidup. Kebudayaan dapat dikatakan sama dengan kehidupan itu sendiri, serta dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan terletak di atas kehidupan. Sebagai alat, kebudayaan menggantikan dan memperluas kesanggupan manusia, sehingga kebudayaan memperluas kemampuan hidup.
Kriteria kebudayaan yang dapat dikenal adalah:
1. sesuatu yang harus ditemukan sebagai sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada;
2. sesuatu yang harus dialihkan dari generasi ke generasi;
3. sesuatu yang harus diabadikan dalam keasliannya atau bentuk yang dimodifikasi.
Proses penciptaan,pengalihan dan pelanjutan yang lampau dalam masa sekarang adalah kebudayaan-kebudyaan yang oleh ahli semantik berkebangsaan Amerika, Alfred Korzybski, disebut pengikat waktu. Tumbuh-tumbuhan mengikat bahan kimia, binatang mengikat tempat, tetapi manusia mengikat waktu (Montagu, 1962: 28)
Sumber:
- Koentjaraningrat, 1979, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru
- Montagu, Ashley, 1962, Man: His First Million Year. New York, New American Library.
- Seomardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi, 1964, Setangkai Bunga Sosiologi. Djarkarta, Jajasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia.
Ahli antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagai "keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1979: 1993). Selo Seomarjan, ahli Sosiologi Indonesia, mendefinisikan kebudayaan sebagai "semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat" (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: 113).
Cara hidup tersebut merupakan warisan sosial yang dipelajari dan dimiliki oleh sekelompok manusia. Kelompok itu menempati lingkungan daerah tertentu; dan di lingkungan itu mereka terlatih untuk hidup. Kebudayaan dapat dikatakan sama dengan kehidupan itu sendiri, serta dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan terletak di atas kehidupan. Sebagai alat, kebudayaan menggantikan dan memperluas kesanggupan manusia, sehingga kebudayaan memperluas kemampuan hidup.
Kriteria kebudayaan yang dapat dikenal adalah:
1. sesuatu yang harus ditemukan sebagai sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada;
2. sesuatu yang harus dialihkan dari generasi ke generasi;
3. sesuatu yang harus diabadikan dalam keasliannya atau bentuk yang dimodifikasi.
Proses penciptaan,pengalihan dan pelanjutan yang lampau dalam masa sekarang adalah kebudayaan-kebudyaan yang oleh ahli semantik berkebangsaan Amerika, Alfred Korzybski, disebut pengikat waktu. Tumbuh-tumbuhan mengikat bahan kimia, binatang mengikat tempat, tetapi manusia mengikat waktu (Montagu, 1962: 28)
Sumber:
- Koentjaraningrat, 1979, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru
- Montagu, Ashley, 1962, Man: His First Million Year. New York, New American Library.
- Seomardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi, 1964, Setangkai Bunga Sosiologi. Djarkarta, Jajasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia.

MEMAHAMI MAKNA KEBUDAYAAN
VISIUNIVERSAL | Blog Tentang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Teknologi, Tips Cara Belajar Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Seumur Hidup
at
April 05, 2014